Kewirausahaan
MODUL 1
MEMAHAMI
KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN
Pengertian
Kewirausahaan
Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan
meruapakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersaahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegaitan usahanya atau kiprahnya. Seorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu-ke waktu, hari demi hari, minggu demi minggi selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasi lah semua peluang dapat diperolehnya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya.
Pada hakekatnya semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam emnjalankan usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, msaayarakat , bangsa dan negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan bahkan bangsa dan Negara lainnya. Istilah kewirausahaan, kata dasarnya berasal dari terjemahan entrepreneur, yang dalam bahasa Inggris di kenal dengan between taker atau go between. Pada abad pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk menggambarkan seseorang actor yang memimpin proyek produksi, Konsep wirausaha secara lengkap dikemukakan oleh Josep Schumpeter, yaitu sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru atau pun yang telah ada. Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan proses kewirausahaan adalah meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi. Istilah wirausaha dan wiraswasta sering digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak berbeda.
Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”.
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.
Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13), yaitu :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.
Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.” (Pekerti, 1997)

Sejalan dengan pendapat di atas, Salim Siagian (1999) mendefinisikan: “Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen.”
Wirausaha adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang, menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Kewirausahaan
meruapakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersaahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegaitan usahanya atau kiprahnya. Seorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu-ke waktu, hari demi hari, minggu demi minggi selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasi lah semua peluang dapat diperolehnya. Wirausaha adalah orang yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupannya.
Pada hakekatnya semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam emnjalankan usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, msaayarakat , bangsa dan negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan bahkan bangsa dan Negara lainnya. Istilah kewirausahaan, kata dasarnya berasal dari terjemahan entrepreneur, yang dalam bahasa Inggris di kenal dengan between taker atau go between. Pada abad pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk menggambarkan seseorang actor yang memimpin proyek produksi, Konsep wirausaha secara lengkap dikemukakan oleh Josep Schumpeter, yaitu sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru atau pun yang telah ada. Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan proses kewirausahaan adalah meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi. Istilah wirausaha dan wiraswasta sering digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak berbeda.
Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”.
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.
Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut ( Suryana,2003 : 13), yaitu :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.
Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.” (Pekerti, 1997)

Sejalan dengan pendapat di atas, Salim Siagian (1999) mendefinisikan: “Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen.”
KARAKTERISTIK
KEWIRAUSAHAAN
1. Motif Berprestasi Tinggi
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003 : 32) Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow (1934) tentang teori motivasi yang dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan kebutuhan, sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualiazation needs). Menurut Teori Herzberg, ada dua faktor motivasi, yaitu:
1. Motif Berprestasi Tinggi
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gede Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003 : 32) Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti yang dikemukakan oleh Maslow (1934) tentang teori motivasi yang dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan kebutuhan, sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualiazation needs). Menurut Teori Herzberg, ada dua faktor motivasi, yaitu:

Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003 : 33-34)
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fiftyfifty). Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Motivasi
(Motivation) berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti to move atau
menggerakkan, (Steers and Porter, 1991:5), sedangkan Suriasumantri (hal.92)
berpendapat, motivasi merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang.
Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan
berperilaku tertentu untuk mencapai tujuan. Motif menghasilkan mobilisasi
energi (semangat) dan menguatkan perilaku seseorang. Secara umum motif sama
dengan drive.
Beck (1990: 19), berdasarkan pendekatan regulatoris, menyatakan “drive” sama seperti sebuah kendaraan yang mempunyai suatu mekanisme untuk membawa dan mengarahkan perilaku seseorang.
Sejalan dengan itu, berdasarkan teori atribusi Weiner (Gredler, 1991: 452) ada dua lokus penyebab seseorang berhasil atau berprestasi. Lokus penyebab instrinsik mencakup (1) kemampuan, (2) usaha, dan (3) suasana hati (mood), seperti kelelahan dan kesehatan. Lokus penyebab ekstrinsik meliputi (1) sukar tidaknya tugas, (2) nasib baik (keberuntungan), dan (3) pertolongan orang lain. Motivasi berprestasi mengandung dua aspek, yaitu (1) mencirikan ketahanan dan suatu ketakutan akan kegagalan dan (2) meningkatkan usaha keras yang berguna dan mengharapkan akan keberhasilan (McClelland, 1976: 74-75).
Namun, Travers (1982:435) mengatakan bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator dalam motivasi berprestasi (tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun, bila dibandingkan dengan atribusi intrinsik dari Wainer, ada tiga indikator motivasi berprestasi tinggi yaitu: kemampuan, usaha, dan suasana hati (kesehatan). Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah rangsangan-rangsangan atau daya dorong yang ada dalam diri yang mendasari kita untuk belajar dan berupaya mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
2. Selalu Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
Beck (1990: 19), berdasarkan pendekatan regulatoris, menyatakan “drive” sama seperti sebuah kendaraan yang mempunyai suatu mekanisme untuk membawa dan mengarahkan perilaku seseorang.
Sejalan dengan itu, berdasarkan teori atribusi Weiner (Gredler, 1991: 452) ada dua lokus penyebab seseorang berhasil atau berprestasi. Lokus penyebab instrinsik mencakup (1) kemampuan, (2) usaha, dan (3) suasana hati (mood), seperti kelelahan dan kesehatan. Lokus penyebab ekstrinsik meliputi (1) sukar tidaknya tugas, (2) nasib baik (keberuntungan), dan (3) pertolongan orang lain. Motivasi berprestasi mengandung dua aspek, yaitu (1) mencirikan ketahanan dan suatu ketakutan akan kegagalan dan (2) meningkatkan usaha keras yang berguna dan mengharapkan akan keberhasilan (McClelland, 1976: 74-75).
Namun, Travers (1982:435) mengatakan bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator dalam motivasi berprestasi (tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun, bila dibandingkan dengan atribusi intrinsik dari Wainer, ada tiga indikator motivasi berprestasi tinggi yaitu: kemampuan, usaha, dan suasana hati (kesehatan). Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah rangsangan-rangsangan atau daya dorong yang ada dalam diri yang mendasari kita untuk belajar dan berupaya mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
2. Selalu Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
2. Selalu
Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
3 Memiliki
Kreatifitas Tinggi
Menurut
Teodore Levit, kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan
berbeda. Menurut Levit, kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking
new thing), oleh karena itu enurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan
bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara
baru. Menurut Zimmerer dalam buku yang ditulis Suryana (2003 : 24) dengan judul
buku “Entrepreneurship And The New Venture Formation”, mengungkapkan bahwa
ide-ide kreativitas sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama
dan berfikir sesuatu yang baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah
menciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada (generating something from
nothing). Inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka
memecahkan persolan-persolan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya
kehidupan (inovation isthe ability to apply creative solutions to those
problems ang opportunities to enhance or to enrich people’s live). “Sometimes
creativity involves generating something from nothing. However, creativity is
more likely to result in colaborating on the present, in putting old things
together in the new ways, or in taking something away to create something
simpler or better”. Dari definisi diatas, kreativitas mengandung pengertian,
yaitu :
1.
Kreativitas adalah menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
2. Hasil
kerjasama masa kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru.
3.
menggantikan sesuatu dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.
Menurut
Zimmerer(1996:7), “creativity ideas often arise when entrepreuneurs look at
something old and think something new or different”. Ide-ide kreativitas sering
muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu baru dan
berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah nenciptakan sesuatu dari yang
asalnya tidak ada (generating something from nothing). Rahasia kewirausahaan
adalah dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan
kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang
dihadapi tiap hari (applying creativity and inovation to solve the problems and
to exploit opportunities that people face every day). Berinisiatif ialah
mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan
melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah itu melahirkan inovasi. Menurut
Zimmerer ada tujuh langkah proses berpikir kreatif dalam kewirausahaan, yaitu:
Tahap 1:
Persiapan (Preparation)
Tahap 2:
Penyelidikan (Investigation)
Tahap 3:
Transformasi (Transpormation)
Tahap 4: Penetasan (Incubation)
Tahap 5: Penerangan (Illumination)
Tahap 6: Pengujian (Verification)
Tahap 7: Implementasi (Implementation)
4 Memiliki
Perilaku Inovatif Tinggi
Menjadi
wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan
banyak orang, karena setiap orang dalam belajar berwirausaha. Menurut Poppy
King, wirausaha muda dari Australia yang terjun ke bisnis sejak berusia 18
tahun, ada tiga hal yang selalu dihadapi seorang wirausaha di bidang apapun,
yakni: pertama, obstacle (hambatan); kedua, hardship (kesulitan); ketiga, very
rewarding life (imbalan atau hasil bagi kehidupan yang memukau). Sesungguhnya
kewirausahaan dalam batas tertentu adalah untuk semua orang. Mengapa? cukup
banyak alasan untuk mengatakan hal itu. Pertama, setiap orang memiliki
cita-cita, impian, atau sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas
hidupnya sebagai manusia. Hal ini merupakan semacam “intuisi” yang mendorong
manusia normal untuk bekerja dan berusaha. “Intuisi” ini berkaitan dengan salah
satu potensi kemanusiaan, yakni daya imajinasi kreatif. Karena manusia
merupakan satu-satunya mahluk ciptaan Tuhan yang, antara lain, dianugerahi daya
imajinasi kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran itu
dapat diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berpikir, ia
dapat mencari jawabanjawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting seperti:
Dari manakah aku berasal? Dimanakah aku saat ini? Dan kemanakah aku akan pergi?
Serta apakah yang akan aku wariskan kepada dunia ini?
Dalam buku
Berwirausaha Dari Nol telah dapat disampaikan bahwa mereka:
1.
digerakkan oleh ide dan impian,
2. lebih
mengandalkan kreativitas,
3.
menunjukkan keberanian,
4. percaya
pada hoki, tapi lebih percaya pada usaha nyata,
5. melihat
masalah sebagai peluang,
6. memilih
usaha sesuai hobi dan minat,
7. mulai
dengan modal seadanya,
8. senang
mencoba hal baru,
9. selalu
bangkit dari kegagalan, dan
10. tak
mengandalkan gelar akademis.
Sepuluh kiat
sukses itu pada dasarnya sederhana, tidak memerlukan orang-orang yang luar
biasa. Orang dengan IQ tinggi, sedang, sampai rendah dapat (belajar)
melakukannya.
5. Selalu
Komitmen dalam Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang
wirausaha harus memiliki jiwa komitmen dalam usahanya
dan tekad
yang bulat didalam mencurahkan semua perhatianya pada usaha yang akan
digelutinya, didalam menjalankan usaha tersebut
seorang
wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang mengebu-gebu
dan
menyala-nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan usahanya,
ia tidak
setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko,
bekerja
keras, dan tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada
dipasar.
Tanpa usaha yang sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang
digelutinya
maka wirausaha sehebat apapun pasti menemui jalan
kegagalan
dalam usahanya. Oleh karena itu penting sekali bagi seorang
wirausaha
untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya.
6 Mandiri atau
Tidak Ketergantuangan
Sesuai
dengan inti dari jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan
untuk
menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and
different)
melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk
menciptakan
peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka
seorang
wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif didalam
mengembangkangkan
ide dan pikiranya terutama didalam menciptakan
peluang
usaha didalam dirinya, dia dapat mandiri menjalankan usaha
yang
digelutinya tanpa harus bergantung pada orang lain, seorang
wirausaha
harus dituntut untuk selalu menciptakan hal yang baru
dengan jalan
mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya,
mengembangkan
teknologi baru, menemukan pengetahuan baru,
menemukan
cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru
yang lebih
efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan
menemukan
cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
7 Berani
Menghadapi Risiko
Richard
Cantillon, orang pertama yang menggunakan istilah
entrepreneur
di awal abad ke-18, mengatakan bahwa wirausaha adalah
seseorang
yang menanggung risiko. Wirausaha dalam mengambil
tindakan
hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan perhitungan
yang matang.
Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena
sudah diperhitungkan.
Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil
risiko yang
moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan
tidak
terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung
komitmen
yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari
peluang
sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan
objektif,
dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran
kegiatannya
(Suryana, 2003 : 14-15).
Kemauan dan
kemampuan untuk mengambil risiko merupakan
salah satu
nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau
mengambil
risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S.
Bajaro,
“seorang wirausaha yang berani menanggung risiko adalah orang
yang selalu
ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang
baik” (Yuyun
Wirasasmita, dalam Suryana, 2003 : 21). Wirausaha adalah
orang yang
lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk
lebih
mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang
menantang.
Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko yang
terlalu
rendah atau terlalu tinggi. Keberanian untuk menanggung risiko
yang menjadi
nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh
dengan
perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh apabila
berhasil
dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis. Wirausaha
menghindari
situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan, dan
menjauhi
situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.
8 Selalu
Mencari Peluang
Esensi
kewirausahaan yaitu tanggapan yang positif terhadap
peluang
untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau
pelayanan
yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang
etis dan
produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk
merealisasikan
tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga
menampung
wirausaha yang pengusaha, yang mengejar keuntungan
secara etis
serta wirausaha yang bukan pengusaha, termasuk yang
mengelola
organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memberikan
pelayanan
yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.
9 Memiliki
Jiwa Kepemimpinan
Seorang
wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat
kepemimpinan,
kepeloporan dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil
berbeda,
lebih dahulu, lebih menonjol. Debgan menggunakan
kemampuan
kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan
jasa-jasa
yang dihasilkanya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada
dipasar. Ia
selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi
pelopor yang baik dalam proses produksi maupun
prmasaran.
Ia selalu memamfaatkan perbedaan sebagai suatu yang
menambah
nilai. Karena itu, perbedaan bagi sesorang yang memiliki jiwa
kewirausahaan
merupakan sumber pembaharuan untuk menciptakan
nilai. Ia
selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk
menerima
kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Leadership
Ability
adalah kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang
berhasil
memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa
kekuatan
(power), seorang pemimpin harus memiliki taktik mediator dan
negotiator
daripada diktaktor.
Semangat,
perilaku dan kemampuan wirausaha tentunya
bervariasi
satu sama lain dan atas dasar itu wirausaha dikelompokkan
menjadi tiga
tingkatan yaitu: Wirausaha andal, Wirausaha tangguh,
Wirausaha
unggul. Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya lebih
menonjol
dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta
mentransformasikannya
menjadi output dan memasarkannya secara
efisien
lazim disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha
yang
perilaku dan kemampuannya menonjol dalam kreativitas, inovasi
serta
mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim disebut Innovative
Entrepreneur.
10 Memiliki
Kemampuan Manajerial
Salah satu
jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang
wirausaha
adalah kemampuan untuk memanagerial usaha yang sedang
digelutinya,
seorang wirausaha harus memiliki kemampuan perencanaan
usaha,
mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha, mengelola usaha
dan sumber
daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan
mengintergrasikan
operasi perusahaanya yang kesemuanya itu adalah
merupakan
kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha, tanpa itu
semua maka bukan keberhasilan yang diperoleh
tetapi
kegagalan uasaha yang diperoleh.
11 Memiliki
Kerampilan Personal
Wirausahawan
Andal.
Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri
dan
cara-cara sebagai berikut:
Pertama Percaya diri dan mandiri yang tinggi
untuk mencari
penghasilan
dan keuntungan melalui usaha yang dilaksanakannya.
Kedua, mau dan mampu mencari dan
menangkap peluang yang
menguntungkan
dan memanfaatkan peluang tersebut.
Ketiga, mau dan mampu bekerja keras dan
tekun untuk menghasilkan
barang dan
jasa yang lebih tepat dan effisien.
Keempat, mau dan mampu berkomunikasi, tawar
menawar dan
musyawarah
dengan berbagai pihak, terutama kepada pembeli.
Kelima, menghadapi hidup dan menangani usaha
dengan terencana,
jujur,
hemat, dan disiplin.
Keenam, mencintai kegiatan usahanya dan
perusahaannya secara
lugas dan
tangguh tetapi cukup luwes dalam melindunginnya.
Ketujuh, mau dan mampu meningkatkan kapasitas
diri sendiri dan
kapasitas
perusahaan dengan memanfaatkan dan memotivasi orang lain
(leadership/
managerialship) serta melakukan perluasan dan
pengembangan
usaha dgn resiko yang moderat.
Faktor-faktor
Yang Menyebabkan Kegagalan Wirausaha
Menurut
Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa
faktor yang
menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha
barunya:
1. Tidak
kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak
memiliki
kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha
merupakan
faktor penyebab utama yang membuat perusahaan
kurang
berhasil.
2. Kurang
berpengalaman baik dalam kemampuan
mengkoordinasikan,
keterampilan mengelola sumber daya manusia,
maupun
kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3. Kurang
dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat
berhasil
dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan
adalah
memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan
penerimaan
secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas
akan
menghambat operasional perusahan dan mengakibatkan
perusahaan tidak
lancar.
4. Gagal
dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari
suatu
kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan
mengalami
kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi
yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis
merupakan
faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat
mengakibatkan perusahaan sukar
beroperasi
karena kurang efisien.
6. kurangnya
pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya
dengan
efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat
mengakibatkan
penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap
yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang
setengah-setengah
terhadap usaha akan mengakibatkan usaha
yang
dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah
hati,
kemungkinan gagal menjadi besar.
8.
Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi
kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan
melakukan
perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil.
Keberhasilan
dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila
berani
mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan
setiap
waktu.
No comments:
Post a Comment