Wednesday, July 4, 2012

SNTAKSIS


SINTAKSIS BAHASA INDONESIA

Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama. Manaf (2009:3) menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal kalimat. Struktur internal kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek kajian sintaksis terbesar.
1. Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003:222). Perhatikan contoh-contoh berikut.
  1. bayi sehat
  2. pisang goreng
  3. baru datang
  4. sedang membaca
Satuan bahasa bayi sehat, pisang goreng, baru datang, dan sedang membaca adalah frasa karena satuan bahasa itu tidak membentuk hubungan subjek dan predikat. Widjono (2007:140) membedakan frasa berdasarkan kelas katanya yaitu frasa verbal, frasa adjektiva, frasa pronominal, frasa adverbia, frasa numeralia, frasa interogativa koordinatif, frasa demonstrativa koordinatif, dan frasa preposisional koordinatif. Berikut ini dijelaskan satu persatu jenis frasa.
1.1.      Frasa verbal
Frasa verbal adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata kerja. Frasa verbal terdiri dari tiga macam seperti yang dijelaskan berikut ini.
1.1.1.      Frasa verbal modifikatif (pewatas) yang dibedakan menjadi.
1.1.1.1. Pewatas belakang, seperti contoh berikut ini.
  1. Ia bekerja keras sepanjang hari.
  2. Orang itu bekerja cepat setiap hari.
1.1.1.2. Pewatas depan, seperti contoh berikut ini.
  1. Kami akan menyanyikan lagu kebangsaan.
  2. Mereka pasti menyukai makanan itu.
1.1.2.      Frasa verbal koordinatif yaitu dua verba yang disatukan dengan kata penghubung dan atau atau, seperti contoh berikut ini.
  1. Mereka mencuci dan menjemur pakaiannya.
  2. Kita  pergi atau menunggu ayah.
1.1.3.      Frasa verbal apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contohnya adalah sebagai berikut.
  1. Aie Pacah, tempat tinggal saya, akan menjadi pusat pemerintahan kota Padang.
  2. Usaha Pak Ali, berdagang kain, kini menjadi grosir.
1.2.      Frasa Adjektival
Frasa adjektival adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata sifat atau keadaan sebagai inti (yang diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan seperti agak, dapat, harus, kurang, lebih, paling, dan sangat. Frasa adjektival mempunyai tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
1.2.1.      Frasa adjektival modifikatif (membatasi), contohnya adalah sebagai berikut.
  1. Tampan nian kekasih barumu.
  2. Hebat benar kelakuannya.
1.2.2.      Frasa adjektival koordinatif (menggabungkan), contohnya adalah sebagai berikut.
  1. Setelah pindah, dia aman tentram di rumah barunya.
  2. Dia menginginkan pria yang tegap kekar untuk menjadi suaminya.
1.2.3.      Frasa adjektival apositif seperti contoh berikut ini.
  1. Srikandi cantik, ayu rupawan, diperistri oleh Arjuna.
  2. Skripsi yang berkualitas, terpuji dan terbaik, diterbitkan oleh Universitas.
1.3.      Frasa Nominal
Frasa nominal adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata benda. Frasa nominal dibagi menjadi tiga jenis seperti yang dijelaskan berikut ini.
1.3.1.      Frasa nominal modifikatif (mewatasi), misalnya rumah mungil, hari minggu, bulan pertama. Contohnya seperti berikut ini.
  1. Pada hari minggu layanan pustaka tetap dibuka.
  2. Pada bulan pertama setelah menikah, mereka sudah mulai bertengkar.
1.3.2.      Frasa nominal koordinatif (tidak saling menerangkan), misalnya hak dan kewajiban, dunia akhirat, lahir bathin, serta adil dan makmur. Contohnya seperti berikut ini.
  1. Seorang PNS harus memahami hak dan kewajiban sebagai aparatur negara.
  2. Setiap orang menginginkan kebahagiaan dunia akhirat.
1.3.3.      Frasa nominal apositif, contohnya seperti berikut ini.
  1. Anton, mahasiswa teladan itu, kini menjadi dosen di Universitasnya.
  2. Burung Cendrawasih, burung langka dari Irian itu, sudah hampir punah.
1.4.      Frasa adverbial
Frasa adverbial adalah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa adverbial dibagi dua jenis yaitu.
1.4.1.      Frasa adverbial yang bersifat modifikatif (mewatasi), misalnya sangat pandai, kurang pandai, hampir baik, dan pandai sekali. Contoh dalam kalimat seperti berikut ini.
  1. Dia kurang pandai bergaul di lingkungan tempat tinggalnya.
  2. Kemampuan siswa saya dalam mengarang berada pada kategori hampir baik.
1.4.2.      Frasa adverbial yang bersifat koordinatif  (tidak saling menerangkan), contohnya seperti berikut ini.
  1. Jarak rumah ke kantornya lebih kurang dua kilometer.
1.5.      Frasa Pronominal
Frasa pronominal adalah frasa yang dibentuk dengan kata ganti. Frasa pronominal terdiri dari tiga jenis yaitu seperti berikut ini.
1.5.1.      Frasa pronominal modifikatif, contohnya seperti berikut.
  1. Kami semua dimarahi guru karena meribut.
  2. Mereka berdua minta izin karena mengikuti perlombaan.
1.5.2.      Frasa pronominal koordinatif, contohnya seperti berikut.
  1. Aku dan kau suka dancow.
  2. Saya dan dia sudah lama tidak bertegur sapa.
1.5.3.      Frasa pronominal apositif, contohnya seperti berikut.
  1. Kami, bangsa Indonesia, menyatakan perang terhadap korupsi.
  2. Mahasiswa, para pemuda, siap menjadi pasukan anti korupsi.
1.6.      Frasa Numeralia
Frasa numeralia adalah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa numeralia terdiri dari dua jenis yaitu.
1.6.1.      Frasa numeralia modifikatif, contohnya seperti di bawah ini.
  1. Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban.
  2. Orang itu menyumbang pembangunan jalan dua juta rupiah.
1.6.2.      Frasa numeralia koordinatif, contohnya seperti di bawah ini.
  1. Lima atau enam orang bertopeng melintasi kegelapan pada gang itu.
  2. Entah tiga, entah empat kali dia sudah meminjam uang saya.
1.7.      Frasa Introgativa koordinatif
Frasa introgativa koordinatif adalah frasa yang berintikan pada kata tanya. Contohnya seperti berikut ini.
  1. Jawaban apa atau siapa merupakan ciri subjek kalimat.
  2. Jawaban mengapa atau bagaimana merupakan pertanda jawaban prediket.
1.8.      Frasa Demonstrativa koordinatif
Frasa demonstrativa koordinatif adalah frasa yang dibentuk dengan dua kata yang tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut ini.
  1. Saya bekerja di sana atau di sini sama saja.
  2. Saya memakai baju ini atau itu tidak masalah.
1.9.      Frasa Proposional Koordinatif
Frasa proposional koordinatif dibentuk dari kata depan dan tidak saling menerangkan. Contohnya seperti berikut.
  1. Perjalanan kami dari dan ke Bandung memerlukan waktu enam jam.
  2. Koperasi dari, oleh dan untuk anggota.
2. Klausa
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung unsur predikatif (Keraf, 1984:138). Klausa berpotensi menjadi kalimat. (Manaf, 2009:13) menjelaskan bahwa yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final itu dapat berupa intonasi berita, tanya, perintah, dan kagum.
Widjono (2007:143) membedakan klausa sebagai berikut.
2.1. Klausa kalimat majemuk setara
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif dibangun dengan dua klausa atau lebih yang tidak saling menerangkan. Contohnya sebagai berikut.
Rima membaca kompas, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama Rima membaca kompas. Klausa kedua adiknya bermain catur. Keduanya tidak saling menerangkan.
2.2. Klausa kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya. Contohnya sebagai berikut.
Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia.
Klausa orang itu pindah ke Jakarta sebagai klausa utama (lazim disebut induk kalimat) dan klausa kedua suaminya bekerja di Bank Indonesia merupakan klausa sematan (lazim disebut anak kalimat).
2.3. Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat
Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan bertingkat, terdiri dari tiga klausa atau lebih. Contohnya seperti berikut ini.
  1. Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi.
Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa yaitu.
1)      Dia pindah ke Jakarta (klausa utama)
2)      Setelah ayahnya meninggal (klausa sematan)
3)      Ibunya kawin lagi (klausa sematan)
  1. Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal. (Kalimat majemuk bertingkat)
  2. Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat majemuk setara)
3. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1) satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit; (2) satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
3.1.      Ciri-ciri kalimat
Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.
  1. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
  2. Sekurang-kurangnya terdiri dari atas subjek dan prediket.
  3. Predikat transitif disertai objek, prediket intransitif dapat disertai pelengkap.
  4. Mengandung pikiran yang utuh.
  5. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, prediket, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya.
  6. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas.
  7. Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan.
3.2.      Fungsi sintaksis dalam kalimat
Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau ”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf, 2009:34). Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini.
3.2.1.      Subjek
Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu prediket. Ciri-ciri subjek adalah sebagai berikut:
  1. jawaban apa atau siapa,
  2. dapat didahului oleh kata bahwa,
  3. berupa kata atau frasa benda (nomina)
  4. dapat diserta kata ini atau itu,
  5. dapat disertai pewatas yang,
  6. tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain,
  7. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan.
Hubungan subjek dan prediket dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
  1. Adik bermain.
S         P
  1. Ibu memasak.
S        P
3.2.2.      Predikat
Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek. Hubungan predikat dan pokok kalimat dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.
  1. Adik bermain.
S        P
Adik adalah pokok kalimat
bermain adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
  1. Ibu memasak.
S        P
Ibu adalah pokok kalimat
memasak adalah yang menjelaskan pokok kalimat.
Prediket mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. bagian kalimat yang menjelaskan pokok kalimat,
  2. dalam kalimat susun biasa, prediket berada langsung di belakang subjek,
  3. prediket umumnya diisi oleh verba atau frasa verba,
  4. dalam kalimat susun biasa (S-P) prediket berintonasi lebih rendah,
  5. prediket merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah,
  6. prediket dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) atau bagaimana (pokok kalimat).
3.2.3.      Objek
Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi predikat yang mendahuluinya seperti yang terlihat pada contoh di bawah ini.
  1. Dosen menerangkan materi.
S              P               O
menerangkan adalah verba transitif.
  1. Ibu menyuapi adik.
S         P          O
Menyuapi adalah verba transitif.
Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. berupa nomina atau frasa nominal seperti contoh berikut,
    1. Ayah membaca koran.
S           P           O
Koran adalah nomina.
  1. Adik memakai tas baru.
S          P            O
Tas baru adalah frasa nominal
  1. berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif) seperti contoh berikut,
    1. Ibu memarahi kakak.
S         P           O
  1. Guru membacakan pengumuman.
S             P                    O
  1. dapat diganti enklitik –nya, ku atau –mu, seperti contoh berikut,
    1. Kepala sekolah mengundang wali murid.
S                     P                 O
  1. Kepala sekolah mengundangnya.
S                      P          O
  1. objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan, seperti contoh berikut,
    1. Ani membaca buku.
S        P           O
  1. Buku dibaca Ani.
S        P     Pel.
3.2.4.      Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat. Kemiripan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada contoh berikut.
  1. Bu Minah berdagang sayur di pasar pagi.
S              P            pel.         ket.
  1. Bu Minah menjual sayur di pasar pagi.
S              P         O           ket.
Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. pelengkap kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ber dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks di- atau ter-, seperti contoh berikut.
  1.  
    1. Bu Minah berjualan sayur di pasar pagi.
S             P           Pel.        Ket.
  1.  
    1. Buku dibaca Ani.
S       P      Pel.
  1. pelengkap merupakan fungsi kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba dwitransitif pengisi predikat seperti contoh berikut.
  1.  
    1. Ayah membelikan adik mainan.
S            P            O        Pel.
membelikan adalah verba dwitransitif.
  1. pelengkap merupakan unsur kalimat yang kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, seperti contoh berikut.
  1.  
    1. Budi menjadi siswa teladan.
S        P               Pel.
  1.  
    1. Kemerdekaan adalah hak semua bangsa.
S               P                 Pel.
  1. dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, seperti pada contoh berikut.
  1.  
    1. Pak Ali berdagang buku bekas.
S            P               Pel.
  1.  
    1. Ibu membelikan Rani jilbab.
S           P            O     Pel.
  1. pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina –nya, seperti contoh berikut.
  1.  
    1. Ibu memanggil adik.
S          P           O
Ibu memanggilnya.
S          P         O
  1.  
    1. Pak Samad berdagang rempah.
S               P            Pel.
Pak Samad berdagangnya (?)
  1. satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif seperti contoh berikut.
  1.  
    1. Pancasila merupakan dasar negara.
S               P                Pel.
  1.  
    1. Dasar negara dirupakan pancasila (?)
3.2.5.      Keterangan
Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan sebagai unsur tambahan dalam kalimat dapat dilihat pada contoh berikut.
  1. Ibu membeli kue di pasar.
S        P        O   Ket. tempat
  1. Ayah menonton TV tadi pagi.
S          P         O  Ket. waktu
Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
  1. umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, seperti contoh berikut.
    1. Saya membeli buku.
S         P          O
  1. Saya membeli buku di Gramedia.
S          P          O   Ket. tempat
  1. keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, seperti contoh berikut.
    1. Dia membuka bungkusan itu dengan hati-hati.
S         P                O                  Ket. cara
  1. Dengan hati-hati dia membuka bungkusan itu.
Ket. cara        S         P                O
  1. keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat, seperti contoh berikut.
    1. Ali datang kemarin.
S     P      Ket. waktu
  1. Ibu berangkat kemarin sore.
S        P          Ket. waktu
Manaf (2009:51) membedakan keterangan berdasarkan maknanya seperti dijelaskan berikut.
  1. Keterangan tempat
Keterangan tempat adalah keterangan yang mengandung makna tempat. Keterangan tempat dimarkahi oleh preposisi di, ke, dari (di) dalam, seperti contoh berikut.
  1. Ayah pulang dari kantor.
S        P     Ket, tempat
  1. Irfan bermain bola di lapangan.
S         P         O   Ket. tempat
  1. Keterangan waktu
Keterangan waktu adalah keterangan yang mengandung makna waktu. Keterangan waktu dimarkahi oleh preposisi pada, dalam, se-, sepanjang, selama, sebelum, sesudah. Selain itu ada keterangan waktu yang tidak diawali oleh preposisi, misalnya sekarang, besok, kemarin, nanti. Keterangan waktu dalam kalimat seperti contoh berikut.
  1. Dia akan datang pada hari ini.
S           P          Ket. waktu
  1. Dia menderita sepanjang hidupnya.
S          P           Ket. waktu
  1. Keterangan alat
Keterangan alat adalah keterangan yang mengandung makna alat. Keterangan alat dimarkahi oleh preposisi dengan dan tanpa. Keterangan alat dalam kalimat seperti contoh berikut.
  1. Ibu menghaluskan bumbu dengan blender.
S           P                 O         Ket. alat
  1. Kue itu dibuat tanpa cetakan.
S         P       Ket. alat
  1. Keterangan cara
Keterangan cara adalah keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya, bermakna cara dalam melakukan kegiatan tertentu. Keterangan cara dimarkahi oleh preposisi dengan, secara, dengan cara, dengan jalan, tanpa. Pemakaian keterangan cara dalam kalimat seperti contoh berikut.
  1. Dia memasuki rumah kosong itu dengan hati-hati.
S         P                   O                    Ket. cara
  1. Habib mengendarai sepedanya dengan pelan-pelan.
S              P                 O              Ket. cara
  1. Keterangan tujuan
Keterangan tujuan adalah keterangan yang dalam hubungan antar unsurnya mengandung makna tujuan. Keterangan tujuan dimarkahi oleh preposisi agar, supaya, untuk, bagi, demi. Pemakaian keterangan tujuan dalam kalimat seperti contoh berikut.
  1. Arif giat belajar agar naik kelas.
S          P            Ket. tujuan
  1. Adonan itu diaduk supaya cepat kembang.
S               P            Ket. tujuan
  1. Keterangan penyerta
Keterangan penyerta adalah keterangan yang berdasarkan relasi antarunsurnya yang membentuk makna penyerta. Keterangan penyerta dimarkahi oleh preposisi dengan, bersama, beserta seperti yang terdapat dibawah ini.
  1. Mahasiswa pergi studi banding bersama dosen.
S           P               Pel        Ket. Penyerta
  1. Orang itu pindah bersama anak isterinya.
S           P             Ket. penyerta
  1. Keterangan perbandingan
Keterangan perbandingan adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna perbandingan. Keterangan perbandingan dimarkahi oleh preposisi seperti, bagaikan, laksana, seperti contoh berikut ini.
  1. Dia gelisah seperti cacing kepanasan.
S       P          Ket. Perbandingan
  1. Suara orang itu keras bagaikan halilintar.
S             P    Ket. Perbandingan
  1. Keterangan sebab
Keterangan sebab adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna sebab. Keterangan sebab dimarkahi oleh konjungtor sebab dan karena, seperti contoh berikut.
  1. Sebagian besar rumah rusak karena gempa.
S                    P       Ket. sebab
  1. Rakyat semakin menderita karena harga beras semakin naik.
S                  P                               Ket. sebab
  1. Keterangan akibat
Keterangan akibat adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna akibat. Keterangan akibat dimarkahi oleh konjungtor sehingga dan akibatnya, seperti contoh berikut ini.
  1. Dia sering berbohong sehingga temannya tidak percaya kepadanya.
S               P                                    Ket. Akibat
  1. Hutan lindung ditebang akibatnya sering terjadi tanah longsor.
S                 P                         Ket. Akibat
10.  Keterangan syarat
Keterangan syarat adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna syarat. Keterangan syarat dimarkahi oleh konjungtor jika dan apabila, seperti contoh berikut ini.
  1. Saya akan datang jika dia mengundang saya.
S            P                     Ket. Syarat
  1. Jika para pemimpin Indonesia jujur, rakyat akan sejahtera.
Ket. Syarat                         S              P
11.  Keterangan pengandaian
Keterangan pengandaian adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna pengandaian. Keterangan pengandaian dimarkahi oleh konjungtor andaikata, seandainya dan andaikan, seperti contoh berikut ini.
  1. Andaikan bulan bisa ngomong, dia tidak akan bohong.
Ket. Pengandaian             S               P
  1. Seandainya saya orang kaya, saya akan membantu orang miskin.
Ket. pengandaian           S                P                    O
12.  Keterangan atributif
Keterangan atributif adalah keterangan yang relasi antarunsurnya membentuk makna penjelasan dari suatu nomina. Keterangan atibutif dimarkahi oleh konjungtor yang, seperti contoh berikut ini.
  1. Mahasiswa yang indeks prestasinya paling tinggi mendapat
Ket. Atributif (S)                                P
beasiswa.
O
  1. Guru yang berbaju hijau itu adalah wali kelas saya.
Ket. Atributif (S)            P                O
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia. Padang: Sukabina Press.
Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Penulis adalah Guru Bahasa Indonesia SMPN 32 Padang. Saat ini sedang melanjutkan studi pada Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

No comments:

Post a Comment

MENULIS SEBAGAI PROSES

A.   Pendahuluan Dalam makalah ini akan dibicarakan tentang menulis sebagai proses, Dan bagaimana dapat dikatakn menulis merupakan sebuah ...