1. MICRO TEACHING
Latar belakang
Profesioanalisme Murobbi ditandai oleh cara dan hasil memberikan taujih. Dalam
keseharian memberikan taujih perlu dibekali pengetahuan, sikap serta
ketrampilan tertentu. Upaya kearah tersebut bisa ditempuh salah satunya dengan
cara mengoptimalkan kegiatan micro teaching.
Pengertian
Micro berarti kecil, terbatas, sempit. Teaching berarti mendidik atau menajar.
Micro Teaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau
disederhanakan. Apa yang dikecilkan atau disederhanakan, yaitu :
ü Jumlah siswa 5-6 orang
ü Waktu mengajar 5 – 10 menit
ü Bahan pelajaran hanya mencakup satu atau dua hal yang sederhana
ü Ketrampilan mengajar difokuskan beberapa ketrampilan khusus saja.
Unsur micro merupakan ciri utamanya dan berusaha untuk meyederhanakan secara
sistimatis keseluruhan proses mengajar yang ada. Usaha simplikasi ini didasari
oleh asumsi bahwa : “sebelum kita dapat mengerti, dapat belajar dan dapat
melaksanakan kegiatan mengajar yang komplek, kita harus menguasai dulu
komponen-komponen dari keseluruhan kegiatan yang ada.” Maka dengan memperkecil
murid, menyingkat waktu, mempersempit saran-saran serta membatasi ketrampilan,
perhataian dapat sepenuhnya diarahkan pada pembinaan penyempurnaan ketrampilan
khusus yang sedang dipelajari
Urgensi Micro Teaching
Micro Teaching dapat digunakan dalam :
ü Pendidikan pre service, yaitu bagi calon guru:
1. Sebagai persiapan calon guru sebelum benar-benar mengajar di depan kelas.
2. Sebagai usaha perbaikan penampilan calon guru.
ü Pendidikan in service, yaitu bagi guru atau penilik.
1. Untuk meningkatkan kemampuan guru mengajar rutin, supaya menemukan dan
mengetahui kelemahan-kelemahannya sendiri dan berusaha memperbaikinya.
2. Untuk meningaktkan kemampuan supervisor supaya ia tahu apakah bimbingan,
nasihat dan saran-saranya benar-benar efektif dalam membantu peningkatan
guru-gurunya.
3. Untuk percobaan melaksanakan metode baru, sebelum metode itu dilaksanakan
dalam pembelajaran yang sebenarnya.
Tujuan operasional Micro Teaching
1. Mengembangkan kemampuan mawas diri dan menilai orang lain.
2. Memungkinkan adanya perbaikan dalam waktu singkat.
3. Menanamkan rasa percaya pada diri dan bersifat terbuka dengan kritik orang
lain
4. Mengembangkan sikap kritis murobbi.
5. Menanamkan kesadaran akan nilai ketrampilan mngajar dan komponen-komponenya.
6. Mengenal kelemahan-kelemahan dan keliruan –keliruan dalam penampilan
ketrampilan mengajar dan tahu penampilan yang baik.
7. Dengan menggunakan video Tape recorder maka :
8. Memberi kesempatan guru untuk melihat dan mendengar dirinya sendiri.
9. Memberi kesempatan untuk mengikuti kembali kritik dan diskusi caranya
mengajar berulangkali.
10. Memungkinkan untuk membuat model cara mengjar.
11. Memungkinkan banyak orang yang dapat mengikuti proses belajar dan tidak
tentu waktunya.
12.Merupakan medan untuk mencobakan sistem atau metode baru untuk diteliti
sebelum dikembangkan.
13. Memberi kesempatan pendekatan analistis mengenai ketrampilan dan strategi
mengajar.
Materi Kegiatan (program Kegiatan)
Yang dimaksud materi disini adalah ketrampilan yang akan dilatih melalui
penampilan dalam micro teaching.
Ada sepuluh ketrampilan khusus yang dapat dilatih dalam micro teaching yang
kesemuanya itu merupakan dalam sebuah proses belajar mengajar.
Keteampilan khusus itu meliputi:
Ketrampilan membuka pelajaranØ
Keteampilan memberi motivasiØ
Ketrampilan bertanyaØ
Ketrampilan menerangkanØ
Ketrampilan mendayagunakan mediaØ
Ketrampilan menggunakan metode yang
tepatØ
Ketrampilan mengadakan interaksiØ
Ketrampilan penampilan verbal dan non
verbalØ
Ketrampilan penjajagan/assesment.Ø
Ketrampilan menutup pelajaran.Ø
Aspek-aspek keterampilan yang harus ditampilkan sebagai berikut :
a. Keterampilan membuka pelajaran
Memperhatikan sikap dan tempat duduk
siswaØ
Memulai pelajaran setelah nampak siswa
siap belajar.Ø
Cara mengenalkan pelajaran cukup
menarik.Ø
Mengenalkan pokok pelajaran dengan
menghubungkan pengetahuan yang sudah diketahui oleh siswa (apersepsi).Ø
Hubungan antara pendahuluan dengan inti
pelajaran nampak jelas dan logis.Ø
b. Keterampilan memberi motivasi
Mengucapkan ‘baik”, bagus, ya, bila
siswa menjawab/ mengajukan pertanyaanØ
Ada perubahan sikap non verbal positif
pada saat menenggapi pertanyaan/ jawaban siswa.Ø
Memuji dan memberi dorongan dengan
senyum, anggukan atas partisipasi siswa.Ø
Memberi tuntunan pada siswa agar dapat
memberi jawaban yang benar.Ø
Memberi pengarahan sederhana dan
pancingan, agar siswa memberi jawaban yang benar.Ø
c. Keterampilan bertanya
Pertanyaan guru sebagian besar telah
cukup jelasØ
Pertanyaan guru sebagian besar jelas
kaitanya dengan masalah.Ø
Pertanyaan ditunjukan keseluruhan kelas
lebih dahulu, baru menunjukØ
Guru menggunakan teknik -pause- dalam
menyampaikan pertanyaanØ
Pertanyaan didistribusikan secara merata
diantara para siswa.Ø
Teknik menunjuk yang memungkinkan
seluruh siswa siap.Ø
d. Keterampilan menerangkan
Keterangan guru berfokus pada inti
pelajaranØ
Keterangan guru menarik perhatian siswaØ
Keterangan guru mudah ditangkap(dicerna)
oleh siswa.Ø
Penggunaan contoh, ilustrasi, analogi,
dan semacamnya menarik perharian siswa.Ø
Guru memperhatikan dengan
sungguh-sungguh respon siswa yang berupa pertanyaan, reaksi, usul dan
semacamnya.Ø
Guru menjelaskan respon siswa, sehingga
siswa menjadi jelas dan mengerti.Ø
e. Keterampilan mendayagunakan media
Pemilihan media sesuai dengan PBM yang
diprogramkanØ
Teknik mengkomunikasikan media tepat.Ø
Organisasi mengkomunikasikan media
menunjang PBM.Ø
Guru trampil menggunakan media.Ø
f. Keterampilan menggunakan metode yang tepat
Ada kecocokan antara metode yang dipilih
dengan tujuan pengajaran.Ø
Ada kecocokan antara metode yang dipilih
dengan materi pelajaran dan situasi kelas.Ø
Dalam menggunakan metode telah memenuhi
/ mengikuti sistematika metode tersebutØ
Alat yang dapat menunjang kelancaran
penggunaan metode tersebut telah disiapkan.Ø
Menguasai dalam penggunaan metode
tersebut.Ø
Aspek mengadakan interaksiØ
Ada keseimbangan antara jumlah kegiatan
guru (aksi) dengan kegiatan siswa (reaksi) selama proses belajar mengajar.Ø
Ada pengaruh langsung yang berupa :Ø
" Informasi
" Pengarahan
" Menyalahkan atau membenarkan adalah cukup komunikatif
Nampak ada partisipasi dari siswa yang
berupa :Ø
" Mendengarkan
" Mengamati
" Menjawab
" Bertanya
" Mencoba
g. Keterampilan penampilan verbal non verbal
Gerakan guru wajar dan bertujuan.Ø
Gerakan guru bebasØ
Isyarat guru menggunakan tangan, badan,
dan wajah cukup bervariasiØ
Suara guru cukup bervariasi, lemah dan
keras.Ø
Ada pemusatan perhatian dari pihak
siswa.Ø
Pengertian indera melihat dan mendengar
berjalan dengan wajar.Ø
h. Keterampilan penjajagan/assesment
Menaruh perhatian kepada siswa yang
mengalami kesulitan.Ø
Adanya kesepakatan guru terhadap tanda
siswa yang mengalami salah pengertianØ
Melakukan penjajagan kepada siswa
tentang pelajaran yang telah diterimanyaØ
Mencari/melakukan apa yang menjadi
sumber terjadinya kesulitan.Ø
Melakukan kegiatan untuk
mengatasi/menunjukan kesulitan siswa.Ø
i. Keterampilan menutup pelajaran
Dapat menyimpulkan pelajaran dengan
tepat.Ø
Dapat menggunakan kata-kata yang dapat
membesarkan hati siswaØ
Dapat menimbulkan perasaan mampu ( sense
of achievment) dari pelajaran yang diproleh.Ø
Dapat mendorong siswa tertarik pada
pelajaran yang telah diterima.Ø
Persiapan Penyelenggaraan
Dalam mempersiapkan penyelenggaraan micro teaching kita harus menetapkan.
Waktu / bilamana diadakan micro teachingØ
Tempat, dimana kapan diguanakan,
pelaksanaan micro teachingØ
Ø Personalia dalam micro
teaching (calon yang praktek, peserta didik/siswa guru, orang yang akan
mengadakan observasi dan penilaian, ahli teknik alat rekaman)
Pola micro teaching yang akan digunakan
dan dikembangkan.Ø
Rencana kegiatan dan prosedur kegiatan
micro teachingØ
Sarana dan prasarana.Ø
Follow up.Ø
Dalam follow up ditentukan kapan mengajar dikelas yang sebenarnya atau
melaksanakan tugas profesional guru.
II. SILABUS
A. PANDUAN PENYUSUNAN SILABUS
I. PENDAHULUAN
Silabus adalah suatu rencana yang mengatur kegiatan pembelajaran dan
pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar dari suatu mata kuliah.
Silabus ini merupakan bagian dari kurikulum sebagai penjabaran Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar.
Dengan demikian pengembangan silabus ini minimal harus mampu menjawab
pertanyaan sebagai berikut: kompetensi apakah yang harus dimiliki oleh peserta
didik, bagaimana cara membentuk kompetensi tersebut, dan bagaimana cara
mengetahui bahwa peserta didik telah memiliki kompetensi itu. Silabus ini akan
sangat bermanfaat sebagai pedoman bagi pengajar karena berisi petunjuk secara
keseluruhan mengenai tujuan dan ruang lingkup materi yang harus dipelajari oleh
peserta didik. Selain itu, juga menerangkan tentang kegiatan belajar mengajar,
media, dan evaluasi yang harus digunakan dalam proses pembelajaran kepada
peserta didik. Dengan berpedoman pada silabus diharapkan pengajar akan dapat
mengajar lebih baik, tanpa khawatir akan keluar dari tujuan, ruang lingkup
materi, strategi belajar mengajar, atau keluar dari sistem evaluasi yang
seharusnya.
II. KOMPONEN SILABUS
Menurut para ahli pembuat kurikulum, terdapat banyak macam komponen silabus
yang tersusun dalam suatu matrik silabus. Hal inilah yang harus dicermati dan
dipilih oleh suatu institusi dalam mengelompokkan komponen-komponen tersebut.
Setiap institusi berdasarkan kriteria atau standar yang diacu dapat menentukan
sendiri komponen apa yang dipilih dan disusun pada matrik dalam menyusun
silabus suatu mata kuliah. Pada prinsipnya semakin rinci silabus akan semakin
memudahkan pengajar dalam menjabarkannya ke dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Adapun komponen silabus suatu mata kulian, tersebut di
bawah ini.
1. Identitas Mata Kuliah
Identitas mata kuliah dapat meliputi: nama mata kuliah atau blok mata kuliah,
kode mata kuliah, bobot mata kuliah, semester , dan mata kuliah prasyarat jika
ada.
2. Standar Kompetensi (SK)
Standar Kompetensi adalah seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagai hasil
belajar materi pokok tertentu dalam satuan Pendidikan, merupakan kompetensi
bidang pengembangan dan materi pokok per satuan pendidikan per satu kelas yang
harus dicapai peserta didik selama satu semester.
3. Kompetensi Dasar (KD)
Kompetensi Dasar adalah rincian kompetensi dalam setiap aspek materi pokok yang
harus dilatihkan kepada peserta didik sehingga kompetensi dapat diukur dan
diamati. Kompetensi Dasar sebaiknya selalu dilakukan perbaikan dan pengayaan
guna memenuhi keinginan pasar.
4. Indikator
Indikator merupakan wujud dari KD yang lebih spesifik, yang merupakan cerminan
dari kemampuan peserta didik dalam suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar
yang telah dilalui. Bila serangkaian indikator dalam suatu kompetensi dasar
sudah dapat dicapai peserta didik, berarti target KD tersebut sudah terpenuhi.
5. Pengalaman belajar
Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan oleh
peserta didik dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar
dikembangkan untuk mencapai KD melalui strategi pembelajaran.
Dengan melakukan pengalaman belajar yang tepat mahasiswa diharapkan dapat
mencapai dan mempunyai kemampuan kognitif, psikomorik, dan afektif yang
sekaligus telah mengintegrasikan kecakapan hidup (life skill). Oleh karenanya
yang membedakan antara perguruan tinggi satu dengan yang lain tercermin pada
perbedaan pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa.
6. Materi pokok
Bagian struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian,
konsep, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan.
7. Waktu
Merupakan lama waktu dalam menit yang dibutuhkan peserta didik mampu menguasi
KD yang telah ditetapkan.
8. Sumber pustaka
Sumber pustaka adalah kumpulan dari referensi yang dirujuk atau yang
dianjurkan, sebagai sumber informasi yang harus dikuasai oleh peserta didik.
9. Penilaian
Penilaian ini berarti serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan informasi; dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk
pengambilan keputusan. Dengan adanya berbagai rumusan komponen silabus mata
kuliah, maka Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret (LPP
UNS) berupaya dan berusaha untuk dapat menyusun matrik silabus mata kuliah atau
blok mata kuliah dengan komponen-komponen silabus yang tersusun dalam suatu
format seperti terlampir dalam panduan ini.
III. CARA PENYUSUNAN SILABUS
Adapun langkah-langkah yang sebaiknya dilakukan dalam penyusunan silabus suatu
mata kuliah atau blok mata kuliah, sebagai berikut:
1. Identifikasi Mata Kuliah atau Blok Mata Kuliah
Tuliskan identitas Program studi, nama mata kuliah atau blok mata kuliah, kode
mata kuliah, bobot SKS, semester, dan mata kuliah prasyarat bila ada (bersumber
pada kurikulum yang sudah ada).
2. Perumusan Standar Kompetensi (SK)
Rumuskan Standar Kompetensi (SK) dari setiap mata kuliah yang didasarkan pada
tujuan akhir dari mata kuliah tersebut. Tuliskan dengan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik (lihat pada lampiran daftar kata kerja operasional).
3. Perumusan Kompetensi Dasar (KD)
a. Jabarkan SK yang telah dirumuskan menjadi beberapa KD untuk memudahkan
pencapaian dan pengukukurannya. Tuliskan dengan kata kerja operasional seperti
pada SK yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Bila perlu
gunakan kata kerja yang paling tinggi tingkatannya dalam ranah yang terkait.
b. Bilamana perlu dan masih dianggap relevan, dapat menambahkan beberapa KD
lagi.
4. Perumusan Indikator
Tuliskan indikator dengan kata kerja operasional, yang merupakan penjabaran
dari KD. Kata kerja operasional pada rumusan indikator dapat dirinci sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan dan dapat ditulis secara terpisah antara aspek
Mkognitif, afektif, dan psikomotorik. Perlu diketahui bahwa sangatlah mungkin
untuk mencapai satu KD dapat dicapai dengan beberapa indikator.
5. Penentuan Materi Pokok
Materi pokok adalah pokok/sub pokok bahasan, merupakan materi bahan ajar yang
dibutuhkan peserta didik untuk mencapai KD yang telah ditentukan dengan
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Prinsip relevansi, artinya ada kesesuaian antara uraian materi pokok dengan
KD yang ingin dicapai.
b. Prinsip konsistensi, artinya ada keajegan antara materi pokok dan uraian
materi pokok dengan KD dan SK.
c. Prinsip edukasi, artinya adanya kecukupan materi yang diberikan untuk
mencapai KD. Keseluruhan materi pokok yang dijabarkan dari setiap KD, perlu
dibuat bagan alur agar runtut dan sistematis dalam pembelajaran.
6. Pemilihan Pengalaman Belajar
Tuliskan pengalaman belajar dengan kata kerja operasional yang dapat diamati
dan diukur dengan mudah. Pengalaman belajar merupakan rangkaian kegiatanyang
harus dilakukan mahasiswa secara berurutan untuk mencapai KD.
a. Sebaiknya penentuan urutan langkah pembelajaran diperhatikan, terlebih untuk
materi bahasan yang memerlukan prasyarat tertentu.
b. Sebaiknya urutan langkah pembelajaran disusun berdasarkan pendekatan
yang bersifat spiral, dari mudah ke yang lebih sukar, dari kongkrit ke yang
abstrak, dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, dan sebaiknya urutan
pembelajarannya terstruktur.
c. Sebaiknya rumusan pengalaman belajar memberi inspirasi terhadap metode
pembelajaran atau metode mengajar.
7. Alokasi Waktu
Tuliskan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu KD, dengan
mempertimbangkan: tingkat kesukaran materi, cakupan materi, frekuensi
penggunaan materi, tingkat pentingnya materi yang dipelajari, serta cara
penyampaian materi (meliputi kegiatan Tatap muka (T), Praktek (P), Lapangan/
Klinis ( L/K ) dengan ketentuan: T : P : L/K = 1 : 2 : 3). Artinya bobot 1 SKS
apabila dilakukan dengan tatap muka dilaksanakan den 160’, untuk Praktek
diperlukan waktu 2x 60’, dan bila melalui lapangan/klinis
(L/K) perlu waktu 3x 60’.
8. Sumber/Bahan/Alat
Buatlah analisis kebutuhan terhadap sumber pembelajaran, alat dan bahan yang
akan digunakan (didasarkan pada relevansi, konsistensi, dan edukuasi).
Penulisan sumber pustaka berdasarkan kaidah atau aturan yang telah diakui
secara umum. Adapun yang dimaksud: a) sumber adalah buku-buku rujukan atau
referensi berupa buku teks, jurnal, laporan penelitian atau bahan ajar lainnya;
b) alat dan bahan adalah peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk
membelajarkan peserta didik agar SK, KD, indikator-indikator, dan engalaman
belajar yang telah direncanakan dapat berhasil dicapa (didasarkan pada 3E:
Ekonomis, Efisien, dan Efektif).
9. Penilaian
Tentukan teknik penilaian yang dapat digunakan untuk mencapai KD.
Sebaiknyapenyusunan alat penilaian didasarkan pada indikator indikator yang
telah dirumuskan, sehingga alat penilaian tersebut betul-betul mengukur apa
yang seharusnya diukur. Alat penilaian dapat berupa tes lisan atau tertulis,
chek list, tagihan yang dapat berupa laporan, resume materi dan lain-lain.
III. Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI)
Santyasa mengungkapkan pembelajaran kooperatif tipe GI didasari oleh gagasan
John dewey tentang pendidikan, bahwa kelas merupakan cermin masyarakat dan
berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan di dunia nyata yang
bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial dan antar pribadi. Menurut
Winataputra (1992:39) model GI atau investigasi kelompok telah digunakan dalam
berbagai situasi dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia.
Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan
masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan
data yang relevan, mengembangkan dan mengetes hipotesis.
Menurut Depdiknas (2005:18) pada pembelajaran ini guru seyogyanya mengarahkan,
membantu para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu sumber
belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh
lingkungan demokrasi dan proses ilmiah. Menurut Winataputra (1992:63) sifat
demokrasi dalam kooperatif tipe GI ditandai oleh keputusan-keputusan yang
dikembangkan atau setidaknya diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks
masalah yang menjadi titik sentral kegiatan belajar. Guru dan murid memiliki
status yang sama dihadapan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang berbeda.
Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara
kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang berlangsung dalam pembelajaran
serta membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung. Sarana pendukung yang
dipergunakan untuk melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh
kebutuhan para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan
diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok.Ibrahim, dkk.
(2000:23) menyatakan dalam kooperatif tipe GI guru membagi kelas menjadi
kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen dengan
mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa
memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan
penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep
penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan
keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa. Slavin (dalam Asthika, 2005:24)
mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif GI adalah
sebagai berikut:
1) Tahap Pengelompokan (Grouping)
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta mebentuk
kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5 orang. Pada tahap
ini: 1) siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori
topik permasalahan, 2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar
berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru
membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang
berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
Misalnya:
1) Dalam sub pokok bahasan turunan fungsi aljabar, sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat, guru menyampikan topik yang akan diinvestigasi
seperti: (a) Bila y = c maka y’= 0 (c konstanta), (b) Bila y = ax maka y’ = a
(a konstanta), dan (c) Bila y = axn maka y’ = a.n.xn-1 (a dan n konstanta)
2) Setelah penyampaian topik bahasan yang akan diinvestigasi: (a) guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih topik yang menarik untuk
dipilih dan membentuk kelompok berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik
untuk diselidiki, (b) Guru membatasi anggota kelompok 4 sampai 5 orang dengan
cara mengarahkan siswa dan memberikan suatu motivasi kepada siswa supaya
bersedia membentuk kelompok baru dan memilih topik.
2) Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini
siswa bersama-sama merencanakan tentang: (1) Apa yang mereka pelajari? (2)
Bagaimana mereka belajar? (3) Siapa dan melakukan apa? (4) Untuk tujuan apa
mereka menyelidiki topik tersebut?
Misalnya pada topik Bahasan, Bila y = c maka y’= 0 dimana c konstanta, pada
tahap ini: 1) siswa belajar tentang turunan fungsi yang nilainya konstan, 2) siswa
belajar dengan menggali informasi, bekerjasama dan berdiskusi, 3) siswa membagi
tugas untuk memecahkan masalah topik tersebut, mengumpulkan informasi,
menyimpulkan hasil investigasi dan mempresentasikan di kelas, dan (4) siswa
belajar untuk mengetahui sifat turunan fungsi aljabar yang bernilai konstan.
3) Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada
tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut: 1) siswa mengumpulkan
informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan
permasalahan-permasalahan yang diselidiki, 2) masing-masing anggota kelompok
memberikan masukan pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa saling bertukar,
berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. Misalnya: 1)
siswa menemukan cara-cara pembuktian sifat turunan fungsi aljabar yang bernilai
konstan, 2) siswa mecoba cara-cara yang ditemukan dari hasil pengumuplan
informasi terkait dengan topik bahasan yang diselidiki, dan 3) siswa berdiskusi,
mengklarifikasi tiap cara atau langkah dalam pemecahan masalah tentang topik
bahasan yang diselidiki.
4) Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai
berikut: 1) anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya
masing-masing, 2) anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan
dan bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari masing-masing kelompok
membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.
Misalnya: 1) siswa menemukan bahwa turunan fungsi aljabar yang bernilai konstan
nilainya adalah 0 jadi rumus yang diberikan terbukti, 2) siswa menemukan bahwa
turunan fungsi aljabar yang bernilai konstan nilainya adalah 0 yang dibuktikan
dengan definisi turunan dan limit fungsi, 3) siswa membagi tugas sebagai
pemimpin, moderator, notulis dalam presentasi investigasi.
5) Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di
kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: (1) penyajian kelompok pada
keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian, (2) kelompok yang
tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar, (3) pendengar
mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap
topik yang disajikan. Misalnya: 1) siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok
menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, 2)
siswa yang tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik
yang disajikan, 3) siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.
6) Tahap evaluasi (evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada
tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut: 1)
siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah
mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa
mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, 3)
penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
Misalnya: 1) siswa merangkum dan mencatat setiap topik yang disajikan, 2) siswa
menggabungkan tiap topik yang diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang
lain, 3) guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus.
IV. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
Mengawali tulisan ini, saya ingin memberikan beberapa pemikiran dalam rangka
upaya untuk mengembangkan mutu pendidikan melalui proses pembelajaran.
Pokok-pokok pikiran ini merupakan bagian dari visi dan misi sekolah.
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang
berkualitas, sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua potensi
dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam rangka
mewujudkan potensi diri menjadi multiple kompetensi harus melewati proses
pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran.
Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar.
Sesungguhnya pembelajaran tidak terbatas pada empat dinding kelas. Pembelajaran
dengan pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik
yang cinta lingkungan.
Berdasarkan teori belajar, melalui pendekatan lingkungan pembelajaran menjadi
bermakna. Sikap verbalisme siswa terhadap penguasaan konsep dapat diminimalkan
dan pemahaman siswa akan membekas dalam ingatannya.
Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada
lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh
dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas
kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran
dengan pendekatan lingkungan.
Model pembelajaran dengan pendekatan lingkungan, bukan merupakan pendekatan
pembelajaran yang baru, melainkan sudah dikenal dan populer, hanya saja sering
terlupakan. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan lingkungan adalah suatu
strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar,
sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah lingkungan dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan
(Karli dan Yuliaritiningsih, 2002).
Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah
dasar. Hal ini relevan dengan tingkat perkembangan intelektual usia sekolah
dasar (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret (Piaget, dalam
Wilis:154). Hal senada dikatakan Margaretha S.Y., (2002) bahwa kecenderungan
siswa sekolah dasar yang senang bermain dan bergerak menyebabkan anak-anak
lebih menyukai belajar lewat eksplorasi dan penyelidikan di luar ruang kelas.
Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai
siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari
diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa
keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seandainya kita
renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk
mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to
do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar
untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan
lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.
Penulis terilhami menuangkan tulisan ini dengan maksud untuk dikembangkan
menjadi visi misi sekolah sebagai prioritas untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat menjadi bahan masukan bagi para guru
untuk menengok lingkungan sekitar yang penuh arti sebagai sumber belajar dan
informasi yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran secara efektif. Model
pendekatan ini pun relevan dengan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), sehingga pada gilirannya dapat mencetak
siswa yang cerdas dan cinta lingkungan.
Siswa boleh saja berpikir secara global, tetapi mereka harus bertindak secara
lokal. Artinya, setiap orang/siswa perlu belajar apa pun, bahkan mencari hikmah
dari berbagai macam pengalaman bangsa-bangsa lain di seluruh dunia, namun
pengetahuan tentang pengalaman bangsa-bangsa lain tersebut dijadikan sebagai
pembelajaran dalam tindakan di lingkungan secara lokal. Dengan cara kerja
seperti itu, kita tidak perlu melakukan trial and error yang berkepanjangan,
melainkan kita belajar dari kesalahan-kesalahan orang lain, sementara kita
sekadar meneruskan kerja dari paradigma yang benar.
Bekerja dan belajar yang berbasis lingkungan sekitar memberikan nilai lebih,
baik bagi si pembelajar itu sendiri maupun bagi lingkungan sekitar. Katakanlah
belajar ilmu sosial atau belajar ekonomi, maka lingkungan sosial dan ekonomi
sekitar dapat menjadi laboratorium alam. Pembelajaran ini dapat dilakukan
sembari melakukan pemberdayaan (empowering) terhadap kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat, sementara si pembelajar dapat melakukan proses pembelajaran
dengan lebih baik dan efisien. Mohamad Yunus, penerima Nobel asal Bangladesh
adalah orang yang banyak belajar berbasis lingkungan untuk mengembangkan
ekonomi. Dengan mendirikan Grameen Bank, dia belajar sekaligus memberdayakan
masyarakat sekitar.
Dasar Pemikiran
Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada:
1. Berpusat pada peserta didik
2. Mengembangkan kreativitas peserta didik
3. Suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna
4. Prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan
(PAIKEM)
5. Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna
6. Belajar melalui berbuat, peserta didik aktif berbuat
7. Menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan
8. Pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya
9. Menggunakan pembelajaran tuntas di sekolah
Pengertian PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Pembelajaran inovatif bisa mengadaptasi dari model pembelajaran yang
menyenangkan. Learning is fun merupakan kunci yang diterapkan dalam
pembelajaran inovatif. Jika siswa sudah menanamkan hal ini di pikirannya tidak
akan ada lagi siswa yang pasif di kelas, perasaan tertekan dengan tenggat waktu
tugas, kemungkinan kegagalan, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa bosan.
Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara
diantaranya mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya
kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada
yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau
mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan
kinestetik. Dan hal tersebut harus disesuaikan pula dengan upaya penyeimbangan
fungsi otak kiri dan otak kanan yang akan mengakibatkan proses renovasi mental,
diantaranya membangun rasa percaya diri siswa.
Kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana
belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya
secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (“time on task”)
tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan
hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai
siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki
sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif
dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya
seperti bermain biasa.
Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk
menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih
menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk
cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.
PAIKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama KBM. Pada
saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai
guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut adalah tabel beberapa contoh
kegiatan KBM dan kemampuan guru yang besesuaian.
Kemampuan Guru Kegiatan Belajar Mengajar
Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif
dalam pembelajaran Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya:
• Percobaan
• Diskusi kelompok
• Memecahkan masalah
• Mencari informasi
• Menulis laporan/cerita/puisi
• Berkunjung keluar kelas
Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam. Sesuai mata pelajaran,
guru menggunakan, misalnya:
• Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
• Gambar
• Studi kasus
• Nara sumber
Lingkungan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan Siswa:
• Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
• Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
• Menarik kesimpulan
• Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri.
• Menulis laporan hasil karya lain dengan kata-kata sendiri.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri
secara lisan atau tulisan Melalui:
• Diskusi
• Lebih banyak pertanyaan terbuka
• Hasil karya yang merupakan anak sendiri
Guru Siswa menyesuaikan
bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa • dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. •
Siswa diberi tugas perbaikan atau pengayaan. •
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Guru mengaitkan KBM dengan
pengalaman siswa sehari-hari. •
Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari •
Guru memantau kerja siswa. Menilai
KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus-menerus •
Guru memberikan umpan balik. •
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengembangan visi dan misi di atas maka dapat penulis
simpulkan bahwa pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan) salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode
ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap
lingkungan. Dengan demikian selama dalam proses pembelajaran akan mengajak
siswa lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
VI.Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model
Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan
makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya.
Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi
pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik
pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan
istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang
penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke
dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :Mengidentifikasi
dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target)
yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way)
yang paling efektif untuk mencapai sasaran. Mempertimbangkan dan menetapkan
langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan
sasaran.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
profil perilaku dan pribadi peserta didik. Mempertimbangkan dan memilih sistem
pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. Mempertimbangkan dan
menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan
ukuran baku keberhasilan. Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya
(2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke
dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2)
group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari
cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan
antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan
kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something”
sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4)
simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8)
debat, (9) simposium, dan sebagainya.Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan
ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran
dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan
suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas
dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas
yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi,
perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif
dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat
berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan
metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan,
terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan
sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu
cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of
humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor,
tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat
menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan
dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe
kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan
menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi
Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok
model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan
informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah
laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran
tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut,
kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga
istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan
pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain
pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang
berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo,
rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan
kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak
biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan
dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai
dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang
akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang
memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif
dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka
pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian
(penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan
sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta
konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada
dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran
tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja
masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran
versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model
pembelajaran yang telah ada.
V. Classroom Assesment atau Authentic Assesment
Saat ini kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu model kurikulum
yang sedang dikembangkan di negara kita. Kurikulum berbasis kompetensi berbeda
dengan kurikulum sebelumnya. Salah satu perbedaannya adalah dalam proses
penilaian. Pada kurikulum lama penilaian didasarkan atas pertanyaan apa tujuan
pembelajaran? Pokok bahasan/sub pokok bahasan apa yang disajikan? Materi apa
yang akan diujikan? Dan bagaimana bentuk soalnya? Penilaian lebih menekankan
pada penguasaan materi bukan pada kompetensi. Sebaliknya penilaian berbasis
kompetensi mengikuti langkah berikut. Kompetensi apa yang akan diujikan? Aspek
kemampuan apa yang akan diukur (kognitif, psikomotor atau afektif/value)?
Materi apa yang dipilih sebagai bahan ujian? Serta teknik penilaian apa yang
digunakan (tes atau non-tes)?Konsekuensi dari langkah-langkah pada penilaian
berbasis kompetensi diperlukan sistem penilaian yang berkelanjutan, dimana
penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran dan
mencerminkan masalah dunia nyata dan bersifat holistic atau menyeluruh. Di
samping itu diperlukan juga berbagai jenis ukuran serta metode dan criteria
yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar. Untuk itu
pemerintah melalui Depdiknas dan BNSP memberikan pedoman sistem penilaian yang
dianggap baru khususnya bagi guru dan masyarakat umumnya. Sistem penilaian yang
dikembangkan saat ini disebut sistem penilaian kelas.
Di saat yang sama muncul istilah baru yaitu sistem penilaian authentic atau
otentik. Munculnya dua sistem penilaian yang sedang disosialisasikan saat ini
secara jujur membuat penulis bingung. Setelah penulis mencari informasi dari
beberapa sumber, khususnya dari internet, maka dalam tulisan ini penulis ingin memberikan
sedikit pengalaman dan mencoba untuk memberikan penjelasan sesuai dengan
pemahaman penulis mengenai sistem penilaian mana yang dipakai dalam kurikulum
berbasis kompetensi, penilaian kelas atau penilaian otentik atau mungkin
kedua-duanya.
A. Penilaian Kelas (Classroom Assesment)
Penilaian kelas atau classroom assessment dan penilaian otentik atau authentic
assessment merupakan dua teori penilaian yang berbeda dalam hal fungsi dan
teknik penilaian. Penilaian otentik merupakan sistem penilaian yang mengevaluasi
apa yang telah dipelajari oleh peserta didik dan menguji keseluruhan
kemampuannya. Penilaian lebih ditekankan pada masalah dunia nyata sehingga
peserta didik dituntut untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
relevan dengan masalah. Sebaliknya teknik penilaian kelas merupakan serangkaian
alat dan latihan yang didesain untuk memberikan informasi yang akurat pada guru
tentang kualitas belajar siswa. Informasi yang diperoleh tidak digunakan untuk
memberikan nilai atau sebagai bahan evaluasi guru tentang siswa. Sebaliknya
lebih banyak digunakan untuk memfasilitasi dialog antara siswa dengan guru
tentang kualitas proses belajar serta bagaimana upaya meningkatkannya.
Penilaian kelas lebih banyak menjawab pertanyaan sejauh mana siswa belajar? Dan
seberapa efektif guru mengajar? Sehingga penilaian kelas sering disebut juga
sebagai penelitian kelas atau penelitian tindakan kelas.
Lee Haugen (1999) menjelaskan bahwa teknik penilaian kelas merupakan metoda
evaluasi formatif yang memberikan dua tujuan. Pertama, membantu guru untuk
menilai tingkat pemahaman siswa tentang materi. Kedua, memberikan informasi
yang dapat digunakan untuk meningkatkan isi materi pembelajaran, metoda
mengajar, dan terutama adalah proses belajar siswa. Evaluasi formatif sangat
efektif jika dilakukan. Beberapa keuntungan atau pengaruh yang dapat dihasilkan
bagi guru dan siswa bila penilaian kelas sering dilakukan adalah:Untuk guru-
Memberikan masukan setiap hari dan dapat diaplikasikan segera- Memberikan
informasi yang bermanfaat tentang apa yang telah dipelajari siswa t anpa harus
menyediakan waktu untuk mempersiapkan tes atau membaca- Memberikan kesempatan
untuk mengetahui miskonsepsi siswa atau ketidakpahaman siswa- Membantu untuk
menemukan hubungan kerja yang baik dengan siswa dan mendorong siswa untuk
memahami bahwa belajar mengajar merupakan proses yang terus-menerus dan
memerlukan partisipasi serius.Untuk Siswa- Membantu mengembangkan penilaian
diri dan keterampilan mengelola proses belajar- Mengurangi perasaan terisolasi
dan tidak mampu, khususnya di dalam kelas yang besar- Meningkatkan pemahaman
dan kemampuan untuk berpikir kritis tentang materi yang dipelajari- Membantu
menemukan suatu sikap yang menimbulkan tingkat pemahaman dan ingatan yang lama-
Menunjukkan interes dan perhatian guru tentang keberhasilan siswa di dalam
kelas.Beberapa pendekatan yang dikembangkan pada penilaian kelas di antaranya
adalah:a. Berpusat pada siswa (student-centeredb. Guru sebagai profesional
lebih banyak mengarahkan (teacher-directed)
c.Saling menguntungkan guru dan siswa (mutually-beneficial)
d.Bertujuan meningkatkan kualitas belajar siswa bukan dijadikan untuk
bahanevaluasiatau menilai siswa (formative)e. Bersifat khas atau khusus
(context-specific)f. Proses berkelanjutan (ongoing)g. Berakar dari latihan
menjadi guruyang baik (rooted in good teaching practice)Teknik penilaian
berbasis kelas memberikan informasi pada guru sebagai alat evaluasiyang
bertujuan untuk: a. Mencekataumengetahuilatarbelakangpengetahuansiswab.
Mengidentifikasiareaataukawasanyangmenimbukankebingunganc. Memberikan kemampuan
pada siswa untuk menilai dirinya sendiri tentang tingkatan belajar siswad.
Menentukan gaya belajar siswae. Mencapai target dan membangun keterampilan
khusus Beberapa contoh teknik penilaian kelas di antaranya adalah one-minute
paper, muddiest point, chaint note, dan sebagainya (lihat dalam Teknik
Penilaian Kelas).
B. Penilaian Otentik
John Mueller mendefinisikan penilaian otentik sebagai bentuk asesmen dimana
siswa diminta untuk menunjukkan tugas-tugas yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari (real-world task) yang menunjukkan aplikasi bermakna dari
pengetahuan dan keterampilannya (Authentic Assesment Tool Home Page).Di dalam
penilaian otentik, penilaian seringkali berdasarkan pada performa siswa. Siswa
diminta untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan mereka atau
kemampuan (kompetensi) di dalam situasi apapun yang sesuai dengan yang mereka
hadapi. Penilaian otentik dilakukan untuk mendapat sesuatu yang bertujuan:
a).Mengembangkan respon siswa daripada menyeleksi pilihan-pilihan yang sudah
ditentukan sebelumnyab.b).Menunjukkan cara berpikir tingkat tinggi (higher
order thinking),c.)Secara langsung mengevaluasi proyek-proyek yang bersifat
holistic atau menyeluruhd. Mensintesis dengan pembelajaran di
kelase.Menggunakan kumpulan pekerjaan atau tugas siswa (portofolio) dalam
jangka waktu lamaf. Memberikan kesempatan untuk melakukan
penilaianberagamg.Didasarkandaricriteria yang jelas yang diketahui
olehsiswah.Berhubungan erat dengan belajar di kelasi.Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengevaluasi pekerjaannya. Bagaimana penilaian otentik
dilakukan, diuraikan sebagai berikut:1.).Mengidentifiksistandar yang akan
diberikan kepada siswa2.).Mengembangkan tugas-tugas atau bentuk kegiatan (task)
untuk siswa sehingga siswa diharapkan dapat menunjukkan kompetensi-kompetensi
yang telah diidentifikasiatauditentukan.
3.).Mengidentifikasikarakteristikdariperformayangbaikataukriteria untuk setiap
tugas atau kegiatan yang telah ditentukan serta kriteri yang akan ditunjukkan
oleh siswa ketika telah menguasai seluruh standar kompetensi 4. ).Untuk setiap
kriteria, dilakukan identifikasi dua atau lebih tingkat performa siswa yang
dapat membedakan performa setiap siswa yang berbeda disebut rubrik.Di dalam sistem
kurikulum tingkat satuan pendidikan, standar yang dimaksud adalah standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan standar kompetensi lulusan yang dikeluarkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Sedangkan tugas-tugas atau
kegiatan (task) dan kriteria dikembangkan oleh guru sesuai dengan indikator
yang disusun dalam silabus. Rubrik merupakan salah satu alat untuk mengumpulkan
informasi tentang kompetensi yang dicapai oleh siswa. Bentuk-bentuk rubrik yang
dikembangkan oleh pusat pengembangan penilaian di antaranya berbentuk
tugs-tugas proyek, unjuk kerja (performance), portofolio atau berbentuk tes
tertulis seperti tes pilihan ganda, atau isian. Penilaian otentik mendorong
pengintegrasian dari proses pembelajaran, proses belajar dan proses asesmen (penilaian).Di
dalam model penilaian tradisional, proses pembelajaran sering dipisahkan dari
proses asesmen, tes diberikan setelah pengetahuan dan keterampilan yang
diharapkan sudah dikuasai siswa. Di dalam model penilaian otentik tugas-tugas
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan atau
keterampilan dan digunakan sebagai kendaraan untuk belajar siswa. Sebagai
contoh, ketika siswa dihadapkan pada pemecahan masalahnya guru sebagai
fasilitator dalam proses tersebut, dan cara siswa memecahkan masalah itu
menjadi suatu penilaian tentang sejauh mana siswa mampu menerapkan
konsep-konsep secara bermakna Berdasarkan uraian di atas, penilaian kelas dan
penilaian otentik merupakan cara penilaian yang berbeda berdasarkan cara dan
tujuannya. Penilaian kelas lebih menekankan pada peningkatan kualitas belajar
siswa serta peningkatan metoda pembelajaran guru di dalam kelas dengan
melakukan penilaian secara bersama-sama. Hasil penilaian tidak untuk digunakan
untuk memberi penilaian kepada Siswa tetapi lebih diarahkan kepada usaha guru
untuk meningkatkan proses pembelajaran di dalam kelas. Sebaliknya penilaian
otentik digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu
kompetensi yang telah ditentukan, dan hasilnya digunakan untuk menilai siswa
dalam proses pembelajaran.
Di dalam kelas guru disarankan menggunakan kedua jenis penilaian, baik
penilaian kelas ataupun penilaian otentik. Penilaian kelas digunakan oleh guru
untuk meningkatkan kemampuan dan efektifitas pembelajarannya didalam kelas,
sedangkan penilaian otentik dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap
keberhasilan siswa dalam mencapai semua kompetensi yang telah digariskan di
dalam silabus, sehingga bisa dijadikan sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan, apakah siswa layak untuk pindah ke tingkat yang lebih tinggi atau
perlu diadakan remediasi untuk kompetensi yang belum dicapainya (mastery
learning).#
Semoga bermanfaat dan dapat diamalkan untuk kemajuan anak bangsa dan negeri ini
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
Remaja.
Bafadal, Ibrahim. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: dari
Sentralisasi menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
http://gora.edublogs.org/2007/04/09/kompetisi-nasional-guru-inovatif-2007/
http://www.umy.ac.id/berita.php?id=323
Umaedi (1999) Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Directorate Jenderal Pendidikan Dasar dan Menegah,
Directorate Pendidikan Menengah Umum. Indonesia, Jakarta.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar
(Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran
(http://smacepiring.wordpress.com/)