Dalam makalah ini akan dibicarakan tentang menulis
sebagai proses, Dan bagaimana dapat dikatakn menulis merupakan sebuah proses,
serta apa saja fase dalam penulisan itu. Setelah mempeljari bab ini diharapkan
pmahasiswa ekan memami diantaranya : pengertian menulis dan menulis sebagai
proses, tahap-tahap yang ada dalam menulis, penalaran yang digunakan dalam
menulis, serta pengertian nulis yang sukses dan cara menjadi penulis yang
sukses. Kaitannya dengan hal itu terlebih dahulu kita akan mengetahui
pengertian dari menulis itu sendiri. “Menulis
adalah segai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan
bahas tulis sebagai alat atau medianya. Tulisan merupalan sebuah simbol atau
lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya( Dalman,2009:8)”.
Menulis merupakan sebuah proses kreatif
menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi
tahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dari proses kreatif ini biasa disebut dengan istilah
karangan atau tulisan. Kedua istilah tersebut mengacu pada hasil yang sama meskipun
ada pendapat mengatakan kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Istilah menulis sering
melekatkan pada proses kreatif yang berjenis ilmiah. Sementara istilah
mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis non-ilmiah.
(Sumirat dan Nurjamal : 68 http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/menulis-sebagai- proses/). Dengan demikian dapat
dikatakan menulis adalah sebuah proses kreatif untuk mengeluarkan gagasan yang
berbentuk bahasa tulis sebagai alat atau medianya untuk berkomuniakasi.dengan
demikian dalam komunikasi tulis terdapat empat unsur
yang terlibat yaitu : (1) Penulis sebagai penyampai pesan, (2) Pesan atau isi
tulisan, (3) Saluran atau media berupa tulisan, dan (4) Pembaca sebagai
penerima pesan. Menulis memiliki banyak manfaat yang dapat
dipetik dalam kehidupan ini diantaranya adalah : (1) peningkatan kecerdasan, (2) pengembangan daya
inisiatif dan kreatifitas, (3) penumbuhan keberanian, dan (4) pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan
informasi.
Berkenaan dengan proses
menulis terdapat beberapa tahap diantaranya, seperti : (1) Tahap prapenulisan (persiapan), (2) tahap
penulisan, (3) tahap pascapenulisan. Tahap prapenulisan merupakan fase persiapan menulis seperti menentukan topik
dan tujuan karangan, mengumpulkan informasi serta membuat kerangka karangan. “Tahap penulisan merupakan
tahapa untuk mengembangkan ide atau informasi yang diperoleh pada tahap
prapenulisan. Tahap pascapenulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita
hasilkan. (Nurjamal, dan Sumirat: 68 http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/menulis-sebagai-
proses/)”.
Membicarakan proses
menulis pasti terdapat sebuah penalaran. Penalaran (reasoning) adalah
suatu proses berfikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, ataupun sesuatu yang dianggap
bahan bukti, menuju pada suatu kesimpulan.(Dalman, 2009:18). Dengan demikian, penalaran
dikatakan sebuah proses berfikir sudah barang tentu didalamnya terdapat
penelaran induktif ataupun deduktif.
Penalaran induktif adalah suatu roses berfikir yang bertolak dari hal-hal
khusus menuju sesuatu yang umum. Penalaran induktif dan corakya dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu: Generalisasi, Analogi, Hubunga kausal (sebab-akibat).
Sedangkan, “Penalaran deduktif adalah suatu proses berfikir yang bertolak dari
sesuatu yang umum yang menuju hal-hal yang khusus atau penerapan sesuatu yang
umum pada peristiwa yang khusus untuk mencapai sebuah kesimpulan Penalaran
deduktif dan coraknya terdiri atas Silogisme, Entimem. Dalam menulis biasany terdapat salah nalar. Salah nalar
adalah kekeliruan dalam proses berfikir
karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. (Dalman, 2009:25).
Akan dibicarakan juga tentang kontaminasi seperti kontamanasi kalimat,
kontaminasi kata, dan kontaminasi bentukan kata.
II. PEMBAHASAN
B. Pengertian
menulis
“menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi
bahasa yang menggunakan tulisan sebagai mediumnya.( akhadiah,dkk. 2001:13)”.
“Menulis adalah sebagai suatu kegiatan penyampaian
pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Tulisan
merupalan sebuah simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
pemakainya (Dalman,2009 : 8)”.
Menulis merupakan sebuah proses kreatif
menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi
tahu, meyakinkan, atau menghibur. Hasil dariproses kreatif ini biasa disebut
dengan istilah karangan atau tulisan. Kedua istilah tersebut mengacu pada hasil
yang sama meskipun ada pendapat mengatakan kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Istilah menulis sering
melekatkan pada proses kreatif yang berjenis ilmiah. Sementara istilah
mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis nonilmiah.
Menulis dan mengarang sebenarnya dua kegiatan
yang sama karena menulis berarti mengarang (baca: menyusun atau marangkai bukan
menghayal) kata menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf, menyusun
paragraf menjadi tulisan kompleks yang mengusung pokok persoalan.
Menulis sebagai keterampilan adalah
kemampuan seseorang dalam mengemukakan gagasan-pikirannya kepada orang
atau pihak lain dengan dengan media tulisan. Setiap penulis pasti memiliki
tujuan dengan tulisannya antara lain mengajak, menginformasikan, meyakinkan,
atau menghibu pembaca.( Sumirat dan Nurjamal:68 dalam http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/menulis-sebagai-
proses/).
Menulis
dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dalam komunikasi
tulis terdapat empat unsur yang terlibat yaitu : (1) Penulis sebagai penyampai
pesan, (2) Pesan atau isi tulisan, (3) Saluran atau media berupa tulisan, dan
(4) Pembaca sebagai penerima pesan. Menulis memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik
dalam kehidupan ini diantaranya adalah :
1. peningkatan kecerdasan,
2. pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas,
3. penumbuhan keberanian, dan
4. pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
“Menurut Graves dalam yusuf (2008) seseorang
enggan menulis karena tidak tahu untuk apa dia menulis, merasa tidak berbakat
menulis, dan merasa tidak tahu bagaimana harus.
“Smith dalam
yusuf (2008) mengatakan bahwa pengalaman belajar
menulis yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya
sendiri”.
Umumnya guru tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya.
Karena itu, untuk menutupi keadaan yang sesuangguhnya muncullah berbagai mitos
atau pendapat yang keliru tentang menulis dan pembelajarannya. Diantara mitos
tersebut adalah
1. Menulis itu mudah Teori menulis atau mengarang, memang mudah.
Gampang dihafal. Tetapi, menulis atau mengarang bukanlah sekedar teori,
melainkan keterampilan. Bahkan, ada seni atau art di dalamnya. Teori hanyalah
alat untuk mempercepat pemilikan kemampuan seseorang dalam mengarang. Seseorang
tanpa dilibatkan langsung dalam kegiatan dan latihan menulis, tidak akan pernah
mampu menulis dengan baik.
2. Kemampuan menggunakan unsur
mekanik tulisan inti dari menulis
Seseorang perlu memiliki keterampilan mekanik seperti penggunaan ejaan, pemilihann kata, pengkalimatan, pengalineaan, dan pewacanaan dalam mengarang. Namuan, kemampuan mekanik saja tidak cukup, karangan harus mengandung ide, gagasan, perasaan, atau informasi yang akan diungkapkan penulis kepada orang lain.
Seseorang perlu memiliki keterampilan mekanik seperti penggunaan ejaan, pemilihann kata, pengkalimatan, pengalineaan, dan pewacanaan dalam mengarang. Namuan, kemampuan mekanik saja tidak cukup, karangan harus mengandung ide, gagasan, perasaan, atau informasi yang akan diungkapkan penulis kepada orang lain.
3. Menulis itu harus sekali jadi Tidak banyak orang yang
dapat menulis sekali jadi. Bahkan, penulis profesional sekalipun. Menulis
merupakan sebuah proses. Proses yang melibatkan tahap prapenulisan, penulisan,
serta penyuntingan, perbaikan, dan penyempurnaan.
4. Orang yang tidak menyukai dan tidak pernah menulis dapat mengajarkan
menulis Seseorang yang tidak menyukai dan tidak pernah menulis tidak akan
mungkin dapat mengajarkan seseorang menulis. Seseorang yang akan mengajarkan
menulis harus dapat menunjukkan kepada muridnya manfaat dan nikmatnya menulis.
Dia pun harus dapat mendemonstrasikan apa dan bagaimana mengarang. ( yusuf,
2008
C. Menulis
Sebagai Proses
Dalam
pembelajaran menulis terdapat beberapa pendekatan yang sering digunakan antara
lain :
1. Pendekatan frekuensi menyatakan bahwa banyaknya latihan mengarang
akan membantu meningkatkan keterampilan menulis seseorang,
2.
Pendekatan gramatikal
menyatakan bahwa pengetahuan seseorang mengenai struktur bahasa akan
mempercepat kemahiran dalam menulis,
3.
Pendekatan koreksi
menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi penulis yang baik apabila banyak mendapat masukan dari orang lain,
4.
Pendekatan formal
menyatakan bahwa keterampilan menulis akan diperoleh bila pengetahuan bahasa,
pengalineaan, pewacanaan serta aturan menulis dikuasai dengan baik.
Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan
beberapa fase/tahap yaitu:
1.
Tahap
prapenulisan (persiapan)
Tahap prapenulisan merupakan
fase persiapan menulis seperti menentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan informasi
serta membuat kerangka karangan.
Tahap prapenulisan mencakup tahap-tahap berikut diantaranya:
a. Menentukan topik
Topik
adalah pokok persoalan atau permasalahan yang menjiwai seluruh tulisan. Ada
pertanyaan pemicu yang dapat digunakan untuk menentukan topik, misalnya: ”Saya
mau menulis apa? Apa yang akan saya tulis?
Tulisan
saya akan berbicara tentang apa?”. Nah, jawaban atas pertanyaan tersebut berisi
topik tulisan.
Topik
harus dibedakan dengan tema, karena tema mencakup hal yang lebih umum.
Sementara topik sudah mengarah pada hal yang lebih khusus. Jadi, akan lebih tepat bila topik tulisan
disejajarkan dengan sub tema.
Masalah yang dihadapi dalam memilih dan menentukan topik tulisan adalah:
Masalah yang dihadapi dalam memilih dan menentukan topik tulisan adalah:
1) Sangat banyak topik yang harus dipilih, karena semua topik menarik. Untuk itu
pilihlah yang paling dikuasai.
2) Tidak memiliki ide sama sekali. Untuk itu, banyaklah membaca buku
atau majalah/koran, berdiskusi dengan orang lain, melakukan pengamatan pada
persoalan-persoalan yang terjadi di lingkungan sekitar.
3) Terlalu ambisius sehingga jangkauan topik yang dipilih terlalu luas.
b. Menetapkan Tujuan dan Sasaran
Tujuan
dan sasaran penulisan harus diperhatikan agar tulisan dapat tersampaikan
dengan baik. Tujuan dan sasaran penulisan akan mempengaruhi corak dan
bentuk tulisan, gaya penyampaian dan tingkat kerincian isi tulisan. Agar tulisan
kita dapat dipahami oleh pembaca, kita harus memperhatikan siapa yang akan
membaca tulisan kita, bagaimana level pendidikannya, status sosialnya dan apa
yang diperlukannya?.
c. Mengumpulkan Bahan dan Informasi Pendukung
Ketika
akan menulis, kita tidak selalu memiliki bahan atau informasi yag benar-benar
siap dan lengkap. Untuk itulah sebabnya, sebelum menulis kita perlu mencari,
mengumpulkan, dan memilih informasi yang dapat mendukung, memperluas, memperdalam
dan memperkaya tulisan kita. Tanpa pengetahuan dan wawasan yang memadai. Maka, tulisan kita akan
dangkal dan kurang bermaka. Karena itulah, penelusuran dan pengumpulan
informasi sebagai bahan tulisan sangat diperlukan.
Mengumpulkan
bahan dan informasi untuk mendukung tulisan dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti :
1) Wawancara
2) Studi kepustakaan
3) Observasi
4) Diskusi kelompok
d. Mengorganisasikan Ide
atau Gagasan
Mengorganisasikan ide atau gagasan penting dilakukan tulisan yang
kita buat menjadi saling bertaut, runtut dan padu.
Untuk mempermudah mengorganisasikan ide atau gagasan, maka sebelum
menulis kita perlu membuat kerangka tulisan. Kerangka tulisan ini memuat
garis-garis besar tulisan yang akan kita buat. Secara umum, kerangka
tulisan terdiri atas:
1) Pendahuluan atau pengantar, yang berisi mengapa dan untuk apa
menulis topik tertentu serta apa yang akan disajikan.
2) Isi, yang berisi butir-butir penting isi tulisan
3) Penutup.
Seorang penulis mulai dari penulis pemula sampai
penulis yang sudah profesional pun, harus tetap mengunakan langkah-langkah pra
penulisan, mungkin sebagian orang menganggap langkah-langkah ini sebagai hal
yang sepele, namun di lain sisi tahap pra penulisan dapat membantu dan menuntun
penulis agar pada saat tahap penulisan nantinya, tulisan yang dihasilkan dapat
koheren dan kohesif. Tulisan atau karangan dapat dikatakan kohesif dan koheren
apabila memenuhi syarat berikut, karangan tersebut mempunyai kalimat tesis yang
dapat mewakili seluruh isi tulisan serta setiap paragraf mempunyai kalimat
topik dan hubungan antara kalimat topik dengan kalimat penjelas saling
berkaitan. Untuk kita sebagai seorang penulis pemula yang baru seumur jagung
dalam dunia tulis menulis, mulailah menulis dari pengalaman yang terjadi
sehari-hari. Cobalah dari pengalaman sehari-hari tersebut kita tuangkan semua
pikiran, pengalaman dan ide-ide ke dalam bentuk karya tulis, supaya kegiatan
menulis tidak hanya dijadikan sebuah pekerjaan untuk mencari uang, melainkan
juga dapat dijadikan sebuah kesenangan agar kebiasan menulis tertanam dalam jiwa kita.
2.
Tahap
penulisan
“Tahap penulisan merupakan
tahapa untuk mengembangkan ide atau informasi yang diperoleh pada tahap
prapenulisan (Nurjamal, dan Sumirat:68 dalam http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/menulis-sebagai-
proses/)”. Struktur karangan terdiri atas bagian awal, isi,
dan akhir. Awal karangan berfungsi untuk memperkenalkan sekaligus menggiring pembaca terhadap pokok
tulisan kita. Isi karangan menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan,
berikut hal-hal yang memperjelas atau mendukung ide tersebut seperti: contoh,
ilustrasi, informasi, bukti atau alasan. Akhir karangan berfungsi untuk
mengembalikan pembaca pada ide-ide inti karangan melalui perangkuman atau
penekanan ide-ide penting. (Dalman, 2009:16)
3. Tahap pascapenulisan
“Tahap pascapenulisan merupakan
tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilka (Nurjamal, dan Sumirat:68 dalam http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/menulis-sebagai-
proses/)”. Tahap ini merpakan tahap penghalusan dan
penyempurnaan buram (konsep) yang kita hasilkan. Kegiatannya terdiri atas
penyuntinganan perbaikan (revisi). Penyuntingan pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik
karangan, seperti ejaan, pungtuasi, diksi, pengkalimatan, pengaleniaan, gaya
bahasa, pencatatan kepustakaan, dan konvensi penulisan lainnya. Revisi atas
perbaikan lebih mengarahka pada pemeriksaan dan perbaikan karangan .
Langkah-langkah kegiatan penyuntingan dan
perbaikan karangan:
a.
Membaca
keseluruhan karangan;
b.
Menandai
hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan bila ada hal-hal yang
harus diganti, ditambahkan, disempurnakan; serta
c.
Melakukan
perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan (Dalman,2009:17).
D.
Langkah-Langkah Menulis
Menulis merupakan kegiatan yang profuktif dan
ekspresif, sehingga penulis harus dapat memanfaatkan kemampuan menggunakan tata
tulisan, struktur bahasa, dan kosakata. Bila ingin berhasil dalam menulis,
sebaiknya mengikuti langkah-langkah tertentu. Menurut Sabarti dalam Kartimi, 2006: 6-7 dalam http://www.senandung-pena.co.cc/2010/07/pembelajaran-menulis-part-iii.html) sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan
a. Pemilihan topic
b. Pembatasan topik/perumusan tujuan
c. Penyusunan kerangka karangan
2.
Tahap pelaksanaan penulisan
Tahapan ini merupakan tahap pengembangan
kerangka karangan yang sudah disusun pada tahap perencanaan dengan menggunakan
bahan-bahan sesuai dengan topik yang telah dipersiapkan. Pada tahap penulisan
ini perlu diperhatikan:
a. Penyusunan bahasanya, yaitu:
1. Penulisan paragraf yang benar
2. Penulisan kalimat yang
efektif
3. Penulisan pilihan kata yang
tepat
4. Penulisan ejaan yang benar
b. Teknik
penulisan yang sesuai dengan aturan yang berlaku:
1. Cara menulis judul/sub judul
2. Cara menulis kutipan/catatan
kaki
3. Cara menulis daftar pustaka
4. Teknik pengetikan
3. Tahap pemeriksaan/revisi
Apabila karangan sudah selesai ditulis, tahap
pemeriksaan perlu dilakukan agar tulisan itu lebih sempurna. Mungkin ada yang
perlu diperbaiki, dibuang karena informasi itu tidak relevan atau bisa saja
ditambah dan diperluas.
Pemeriksaan dapat dilakukan secara menyeluruh
yaitu:
a. Pemeriksaan melalui kerangka dilihat dari sudut sistematika dan logika;
b. Periksaan bahasa menyangkut
penulisan paragraf, kalimat efektif, pilihan kata, dan ejaan;
c. Pemeriksaan teknik penulisan. Apakah
sudah sesuai dengan pedoman umum ejaan yang disempurnakan?
Sejalan dengan pendapat Sabarti, menurut Hasani dalam http://www.senandung-pena.co.cc/2010/07/pembelajaran-menulis-part-iii.html (2006: 6) menyusun tulisan diperlukan tahap-tahap sebagai berikut:
1) Tahap Prapenulisan/ Tahap
Perencanaan
Tahap prapenulisan merupakan tahap
persiapan sebelum menulis. Dalam tahap ini langkah yang ditempuh sebagai
berikut :
a. Menentukan topik
Topik diperoleh dari pengalaman, membaca,
pengamatan, pendapat, sikap, dan tanggapan yang dipertanggungjawabkan.
b. Membatasi topik
Membatasi topik berarti mempersempit dan
mengkhususkan lingkup pembi-caraan. Topik yang terlalu luas akan menghasilkan
tulisan yang dangkal, tidak mendalam. Topik yang terlalu sempit akan
menghasilkan tulisan yang tidak jelas.
c. Menentukan tujuan
Tahap menentukan tujuan berguna sebagai pola
yang didasari tulisan secara menyeluruh. Tujuan yang dirumuskan secara jelas
karena merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan menulis.
d. Membuat kerangka karangan
Kerangka tulisan merupakan rencana kerja
penulis dalam mengembangkan
gagasan. Kerangka tulisan yang disusun secara cermat akan sangat membantu
penulis dalam hal-hal berikut:
1.
Membantu penulis dalam mengembangkan tulisan secara teratur sesuai dengan susunan pikiran dalam
kerangka.
2.
Mencegah penulis mengulangi bahasa pada bagian-bagian sebelumnya.
3.
Menyajikan pikiran-pikiran pokok yang dapat dirinci dan diperhalus.
4.
Mencegah penulis ke luar dari sasaran yang telah ditentukan sesuai dengan
topik atau judul.
5.
Membantu penulis dalam mengatur urusan pembicaraan
6.
Menunjukkan kepada penulis bahan-bahan penulisan yang diperlukan dalam
pengembangan gagasan.
e. Menentukan bahan
Bahan penulisan adalah semua informasi atau
data yang digunakan untuk mencapai tujuan penulisan. Bahan penulisan dapat
berupa rincian, sejarah kasus, contoh penjelasan, definisi, fakta, hubungan
sebab akibat, hasil penelitian, dan sebagainya. Bahan penulisan dapat diperoleh
dari berbagai sumber.
2) Tahap penulisan
Tahapan penulisan merupakan bahasan
dari semua topik yang terdapat dalam kerangka karangan. Dalam penulisan
karangan sangat diperlukan pilihan kata yang tepat, cermat, dan lugas, sehingga
dalam tahap penulisan ini, penulis harus dapat mencurahkan seluruh penguasaan
kosakata yang dimiliki. Tulisan yang baik adalah tulisan yang tidak lepas dari
kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku. Oleh karena itu, dalam hal ini karangan
harus ditulis dengan ejaan yang tepat, tanda baca yang tepat, dan sesuai dengan
kaidah penulisan yang berlaku.
3) Tahap revisi
Pada tahap ini penulis harus membaca
kembali tulisan yang telah dibuat. Kegiatan membaca kembali ini untuk melihat
secara teliti bagian-bagian yang perlu mendapat perbaikan, terutama dalam
penggunaan ejaan, tanda baca, pilihan kata, paragraf, logika kalimat,
sistematika tulisan, pengetikan, dan sebagainya.
Menulis merupakan suatu proses.
Didalamnya diperlukan proses-proses agar tulisan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Dalam menentukan tema yang akan diangkat diperlukan intuisi yang
kuat dalam mengembangkan gagasan yang akan dituangkan. Konsentrasi dan fokus
pada apa yang dikerjakan, setelah selesai bacalah kembali dan lakukan proses
revisi agar apa yang ditulis menghasilkan tulisan yang baik.
E. Penalaran
Ø Pengertian penalaran
Penalaran adalah (reasoning) adalah suatu proses berfikir dengan menghubung-hubungkan
bukti, fakta, petunjuk atau eviden, ataupun
sesuatu yang dianggap bahan bukti, menuju pada suatu kesimpulan (Dalman,
2009:18).
Shurter dan
Pierce dalam Shofiah, (2007: 14-15) menjelaskan bahwa secara garis besar
terdapat dua jenis penalaran yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Penalaran deduktif adalah cara menarik kesimpulan khusus dari hal-hal yang
bersifat umum. Sedangkan penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan yang
bersifat umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus. Menurut Suriasumantri penalaran
induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa penarikan kesimpulan yang
umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus. Artinya,dari
fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan. (dalam http://efankhonghucu.blogspot.com/2011/02/penalaran-induktif.html)
Kesimpulan umum yang diperoleh
melalui suatu penalaran induktif ini bukan merupakan bukti. Hal tersebut
dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari pemeriksaan beberapa contoh khusus
yang benar, belum tentu berlaku untuk semua kasus. Penalaran adalah proses berfikir yang bertolak dari
pengamatan indera yang menghasikan sejumlah konsep dan pengertian.
F. Bentuk penalaran atau pengambilan
kesimpulan
1.
“Penalaran
induktif adalah suatu roses berfikir yang bertolak dari hal-hal khusus menuju
sesuatu yang umum.(Dalman,2009:18)”. Penalaran induktif dan corakya dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu: Generalisasi, Analogi, Hubunga kausal
(sebab-akibat).
a.
Generalisasi
Generalisasi atau perampatan ialah proses
penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk
menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu.
Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui
pengalaman, observasi, wawancara, atau study dokumentasi. Sumbernya dapat
berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa
politik, sosial, ekonomi, atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa
khusus itulah orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan, atau perasaan
tertentu.
Contoh
penalaran generalisasi :
Ø Kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, anjing ,
babi, harimau, gajah, rusa, dan kera, adalah binatang menyusui. Hewan-hewan
menghasilkan turunanya melalui kelahiran. Dengan demikian, semua binatang
menyusui mereproduksi turunnanya melalui kelahiran.
b.
Analogi
Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang
dibandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran.
Analogi yang dimaksud dalam menulis karya ilmiah
adalah analogi induktif atau analogi logis.
Analogi induktif (kias) adalah suatu proses
penalaran yang bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu sama
yang lainmemiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan.
Karena titik tolak penalaran analogi adalah kesamaan
karakteristik diantara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan “apa yang
berlaku ada satu hal akan pula berlaku untuk hal lainnya”. Dengan demikian,
dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensial yang
berhubungan erat dari dua hal yang dianalogikan. Contoh analogi :
Ø Dalam riset medis. misalnya, para peneliti
mengamati berbagai efek dari berbagai macam bahan melalui eksperimen binatang
seoreri mencit (tikus putih) dan kera, yang dala beberapa hal memiliki kesamaan
karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu akan ditarik kesimpulan bahwa
efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada
manusia.
c.
Hubungan
kausal (sebab- akibat)
Corak penalaran kausalitas dapat terwujud dalam
pola: sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Penalaran
kausalitas memiliki karakteristik:
1. Satu atau beberapa gejala (peristiwa) yang
timbul dapat berperan sebagai sebab atau akibat, atau sekaligus sebagai akibat
dari gejala sebelumnya dan sebab gejala dari sesudahnya
2. Gejala atau peristiwa yang terjadi dapat
ditiimbulkan oleh satu sebab atau lebih dan menghasilkan satu akibat atau lebih
3. Hubungan sebab dan akibat dapat bersifat
langsung dan tidak langsung.
Contoh penalaran kausalitas :
Ø Di amerika, diabetes yang tak terkontrol menjadi
penyebab utama kebutaan, dan menduduki peringkat ke-4 penyakit yang banyak
menimbulkan kematian. Penyakit diabetes yang tak terkontrol ini jga menimbulkan
resiko tinggi penyakit jantung, ginjal dan syaraf. Akhir-akhir ini ada kabar
baik untuk menyembuhkan diabetes. Suntikan insulin tidak diperlukan untuk
sebagian besar penderita diabetes. Untuk jenis diabetes tertentu, yang biasanya
menyerang orang-orang lanjt usia atau orang dewasa yang kelebihan berat badan,
dapat disembuhkan dengan diet dan olahraga.
2. Penalaran deduktif
“Penalaran deduktif adalah suatu proses berfikir
yang bertolak dari sesuatu yang umum yang menuju hal-hal yang khusus atau
penerapan sesuatu yang umum pada peristiwa yang khusus untuk mencapai sebuah
kesimpulan (Dalman, 2009:18)”. Penalaran deduktif dan coraknya terdiri atas Silogisme, Entimem.
a.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran yang
menghubungkan dua proposisi (pernyataan) yang berlainan untuk menrunkan sebuah
kesimpulan yang merupakan proposisi yang ketiga. Proposisi merupakan pernyataan
yang dapay di buktikan kebenaranya atau dapat di tolak karena kesalahan yank
terkandung di dalamnya. Silogisme terdiri dari tiga bagian, yaitu:
premis mayor, premis minor, dan Kesimpulan.
Ø Premis adalah proposisi yang menjadi dasar
argumentasi.
§ Premis mayor mengandung term mayor dari silogisme,
merupakan generalisasi atau proposisi yang di anggap benar bagi semua unsur
atau anggota kelas tertentu.
§ Premis mayor mengandung term minor atau term
tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikai atau menunjuk
sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu.
§ Term adalah suatu kata atau frase yang menempati
fungsi subjek atau predikat.
§ Kesimpulan adalah proposisi yang menyatakan bahwa
apa yang berlaku bagi seluruh kelas, akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
b. Contoh silogisme:
Ø Silogisme kategorial:
o
Premis mayor
– semua cendikiawan adalah pemikir.
o
Premis minor
– budi adalah cendikiawan
o
Kesimpulan –
jadi, budi adalah pemikir
Ø Silogisme kondisional atau hipotesis atau
pengandaian:
o
Premis mayor
– kalau rupiah mengalami devaluasi, harga-harga barang akan naik.
o
Premis minor
– rupiah mengalami devaluasi.
o
Kesimpulan –
harda-harga barang akan naik.
Ø Silogisme alternatif (pilihan):
o
Premis mayor –
penyebab kegagalan panen sekarang adalah kekurangan air atau hama.
o
Premis minor
– penyebab kegagalan panen sekarang bukan hama.
o
Kesimpulan –
sebab itu, kegagalan panen sekarang adalah kekurangan air.
c.
Prinsip –
prinsip silogisme
Ø Sebuah silogisme hanya terdiri atas tiga
proposisi: premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
Ø Jika sebuah silogisme mengandung sebuah premis
yang positif dan sebah premis negatif (menggunakan kata tidak atau bukan), maka
kesimpulannya harus negatif.
o
Premis mayor:
semua guru SD ynag telah mencapai golongan III tidak perlu meengikuti program D
II guru SD.
o
Premis minor:
razad adalah guru SD yang telah mencapai golongan III.
o
Kesimpulan:
karena itu, razad tidak perlu mengikuti program D II guru SD.
Ø Dari dua buah premis yang negatif tidak dapat
ditarik kesimpulan.
Premis mayor: indonesia bukanlah negara agama.
Premis minor: rocki adalah orang yang tidak
beragama.
Kesimpulan: jadi, rocki adalah orang indonesia.
Ø Premis mayor yang benar belum tentu menghasilkan
kesimpulan yang benar jika proses penyimpulannya keliru.
o
Premis mayor:
manusia adalah mahluk berakal budi.
o
Premis minor:
junaidi bodoh
o
Kesimpulan:
jadi, junaidi bukan mansia.
d.
Entimem
Entimem adalah bagian silogisme yang dianggap
telah dipahami, dihilangkan dengan tujuan demi kepraktisan.
Ø Contoh entimem
o
Premis mayor:
semua rentenir adalah pengisap darah orang yang sedang Kesusahan
o
Premis minor:
pak jadam adalah rentenir.
o
Kesimpulan:
jadi, pak jadam adalah penghisap darah orang yang sedang Kesusahan
o
Bentuk
entimem: pak jadam adalah rentenir, yang menghisap darah orang sedang dilanda
kesusahan.
Untuk mengetes keabsahan sebuah entimen,
kembalikanlah pada silogisme asal yang lengkap, dengan mengacu pada
prinsip-prinsip silogisme diatas.
G. Salah
nalar
Salah nalar adalah kekeliruan dalam proses
berfikir karena keliru menafsirkan atau
menarik kesimpulan. (Dalman, 2009:25).
Macam-macan salah nalar:
1. Generalisasi yang terlalu luas
2. Kerancuan analogi
3. Kekeliruan kausalitas (sebab-akibat)
4. Kesalahan relevansi (karena kekurangpahaman,
pengabaian, atau penyembunyian masalah sesungguhnya)
5. Kesalahan karena menyandarkan pendapat atau alasan
mengenai suatu masalah terhadap seorang tokoh atau ahli di luar kepakarannya.
H. Gejala
kontaminasi
Kontaminasi adalah suatu gejala bahasa yang dalam
bahasa indonesia diistilahkan dengan kerancunan
artinya kekacauan.( Badudu,
1985:51)
apa yang rancu?
Kerancuannya yaitu susunan, Perserangaian,
penggabungan. Gejala kontaminasi dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Kontaminasi kalimat
Pada umumnyakalimat yang rancu dapat kita kembalikan
kepada dua kalimat asal yang benar strukturnya. Demikian dengan susunan kata
dalam suatu frase yang rancu. Gejala kontaminasi timbul karena dua kemungkinan
yaitu:
a.
Orang yang
kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam penyusunan kalimat
atau frase, maupun penggunaan imbuhan.
b.
Kontaminasi
terjadi tidak dengan sengaja karena ketika seseorang akan menuliskan atau
mengucapkan sesuatu, dua pengertian yang sejajar timbul sekaligus dalam
pemikirannya sehingga yang diambilnya itu dari yang pertama, dan sebagian dari
yang kedua. Gabungan ini melahirkan susunan yang kacau.
Contoh:
Kalimat Rancu
Disekolah murid-murid dilarang tidak boleh merokok
Kalimat Asal
1a. Disekolah murid-murid dilarang merokok
1b. Disekolah murid-murid tidak boleh merokok
2. Kontaminasi kata
Sebagai contoh yang paling sering kita jumpai
dalam pemakaian bahasa sehari-hari ialah kata seringkali dan berulang kali.
Kata ini terjadi dari kata : berkali-kali
dan berulang-ulang.
Contoh :
Telah berkali-kali/berulang-ulang
ia kunasihati, tetapi tidak juga berubah kelakuannya.
Jadi,kata berkali-kali/beulang-ulang
itu lebih tepat jika diganti menjadi kata sering
kali/berulang kali.
3. Kontaminasi bentukan kata
Adakalanya kita lihat bentuk kata dengan berbagai
imbuhan (afiks) sekaligus memperlihatkan gejala kontaminasi.
contoh : kata dipelajarkan
: “disekolah kami dipelajarkan
beberapa kepandaian wanita.
Mengapa dipelajarkan?,
jelas disini dirancukan bentuk diajarkan
dengan dipelajari. Bentuk yang tepat
pada kalimat diatas ialah diajarkan. (
Badudu, 1985:51-52).
I.
Ciri-ciri penulisan yang baik itu antaralain :
a. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang
penulis menggunakan nada yang serasi
b. Tulisan yang baik mencerminkan kemammpuan sang
penulis menyusun bahan-bahan menjadi satu kesatuan yang utuh.
c. Tulsan yang baik mencerminkan kemampuan sang
penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar.
d. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan sang
penulis untuk menulis secara meyakinkan.
e.
Tulisan yang
baik mencerminkan kemampuan sang penulis untuk mengkritik naskah tulisannya
yang pertama serta memperbaikinya.
f.
Tulisan ya
baik mencerminkan kebanggaan sang penulis dalam naskah : mempergunaan ejaan dan
tanda baca yang seksama, memeriksa makna dan hubungan ketatabahasaan sebelum
menyajikan pada pembaca. (adelstein dan pival, 1976 : 21 dalam Tarigan, 1981 : 6-7).
g.
Kejujuran
dalam bahasa, berarti mengikati aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan
benar dalam berbahasa. Pemakaian kata kabur dan tidak terarah; menggunakan
kalimat berbelit-belit mengundang ketidak jujuran. (keraf, 1988:133).
Diatas telah diyebutkan ciri-ciri penulis yang
baik. Dengan demikian, kita dapat menjadi seorang yang sukses setelah kita
mempehatikan sub-sub bahasan tentang
menulis sebagai proses. Untuk itu kita harus memperaktekkanya untuk menjadi
seorang penulis. Sebelumnya, kita juga harus tehu terlebih dahulu apa yang
dimaksud dengan penulis yang sukses itu sendiri. Banyak para ahli memberikan
definisi tentang hal itu diantaranya, seperti :
Wilson (1983:25) mengatakan “penulis yang sukses ialah penulis
yang telah mencapai dampak regional, bukan yang lokal saja, melalui karya
sastranya dan memperoleh nafkah yang cukup dari karya-karyanya itu sendiri yang
dapat memenuhi keperluan hidunya,tidak lagi mengalami kesukaran dalam soal keuangan”.
Hal ini berarti penulis yang sukses yaitu penulis
yang telah mecap.ai dampak regional (kedaerahan) dengan karyanya yang telah
ditulis dan dibaca secara luas. Penulis yang sukses tidak lakal dangan kata
lain karya tulisnya hany berlaku pada satu tempat. Sebagai penulis yang sukses
melalui karyanya itu sendiri dapat memenuhi kebutuhan hidupnya karena tidak
lagi mengalami kesukan dalam soal keuangan dari hasil karya yang ditulisnya.
Oleh karena itu, dapat kita lihat bagaimana sorang yang telah sukses dri kaya
tulis yang telah ia buat berdampak baik dari dalam kepopleran dan kehidupannya.
“Seorang penulis yang sukses ialah penulis yang
dapat memperoleh uang yang cukup untuk manunjang kehidupannya”.(Alden Hatch
dalam wilson :26).
Hal ini
berarti penulis yang sukses merupakan penulis yang dapat memberikan perubahan
yang baik bagi kebutahan hidupnya melalui karya yang telah ia tulis. Boleh
jadi, Ia akan menjadi orang yang sukses dalam kehidupannya melalui karya-karya
yang telah ia garap. Dengan kepiyawaian yang telah dimiliki Ia dapat mengeruk
keuntungan yang banyak untuk mendapatkan uang hanya dalam satu kayanya
saja. Dengan demikian, dapat disimpulksn
bahwa seorang penulis yang sikses merupakan penulis yang telah mencapai damak
regionoal (bersifat daerah), bukan hanya lokal saja (suatu tempat) yang melalui
karyanya tulisnya dapat mendapatkan uang yang mencukupi dalam kehidupannya.
III.
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah selesai dengan pembahasan ini dapat
disipulkan bahwa menulis merupakan sebuah proses kreatif untuk mengeluarkan gagasan yang
berbentuk bahasa tulis sebagai alat atau medianya untuk berkomuniakasi. Menulis
dapat diakatakan sebagai proses karena menulis memiliki fase atau tahap-tahap
dalam menulis, seperti : tahap prapenulisan merupakan
fase persiapan menulis seperti menentukan topik dan tujuan karangan, mengumpulkan informasi
serta membuat kerangka karangan.
Tahap penulisan Tahap penulisan merupakan tahapa untuk
mengembangkan ide atau informasi yang diperoleh pada tahap prapenulisan. Tahap pascapenulisan Tahap pascapenulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita
hasilkan. Dalam prapenulisan meliputi
seperti ; menentukan topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpukan bahan dan
informasi pendukung, mengorganisasikan ide dan gagasan. Pada tahap penulisan
membicarakan struktur karangan yang terdiri atas awal, isi, dan akhir karangan.
Sedangkan pascapenulisan didalamnya
terdapat penyutingan perbaikan, penyuntin perbaikan unsur-unsur karangan
seperti; ejaan, pengtuasi (tanda baca), diksi, pengkalimatan, pengkaleniaan,
gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan konvensi penulis lain.
Penelaran merupakan suatu proses berfikir dengan
menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, ataupun sesuatu yang dianggap bahan bukti, menuju pada
suatu kesimpulan. Didalam penalaran ini juga terdapat bepenalaran induktif dan
deduktif. Penalaran induktif adalah suatu roses berfikir yang bertolak dari
hal-hal khusus menuju sesuatu yang umum. Sedangkan, Penalaran deduktif adalah
suatu proses berfikir yang bertolak dari sesuatu yang umum yang menuju hal-hal
yang khusus atau penerapan sesuatu yang umum pada peristiwa yang khusus untuk
mencapai sebuah kesimpulan.
Salah nalar dan kontaminasi. Salah nalar adalah
kekeliruan dalam proses berfikir karena
keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan, yang meliputi : Generalisasi yang
terlalu luas, Kerancuan analogi, Kekeliruan kausalitas (sebab-akibat), Kesalahan
relevansi (karena kekurangpahaman, pengabaian, atau penyembunyian masalah
sesungguhnya), Kesalahan karena menyandarkan pendapat atau alasan mengenai
suatu masalah terhadap seorang tokoh atau ahli di luar kepakarannya.
Kontaminasi adalah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa indonesia diistilahkan
dengan kerancunan artinya kekacauan, yang meliputi kontemplasi
kalimat, kata, dan bentukan kata. Dangan kita dapat memahami materi ini
insyaallah maka kita dapat menjadi penulis yang sukses. Penulis yang sikses
merupakan penulis yang telah mencapai damak regionoal (bersifat daerah), bukan
hanya lokal saja (suatu tempat) yang melalui karyanya tulisnya dapat
mendapatkan uang yang mencukupi dalam kehidupannya.
B. Saran
Sebagai calon guru kita memerlukan sebuah
kekreatifan dalam mengenbangakan potensi yang dimiliki oleh peserta didik kita.
Seperti; keterampelan menulis, segai calon guru munulis merupakan salah satu
keterampilan penting untuk bekal kita dalam mengajar nanti. Oleh karena itu,
kita harus mengasah keterampilan itu agar kita dapat menjadi guru yang kreatif
dan profesional dalam mengajar nanti. Dalam hal ini kita harus menguasai
tentang keterampelan menulis.
DAFTAR
PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti;dkk. 2001. Menulis I. Jakarta: Universitas Terbuka (UT).
Badudu, J.S. 1985. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia.
Bandung : Pustaka Prima.
Dalman. 2009. Keterampilan
Menulis. Bandar Lampung.
Friday. 2010. Menulis Sebagai Prosres.
[online]. Tersedia: http://www.senandung-pena.co.cc/2010/07/pembelajaran-menulis-part-iii.html. [26 Februari 2010 at 2:01am].
Friday. 2010.Menulis Senagai Proses. [online].
Tersedia:
Friday. 2010. Menulis Sebagai proses. [online].
Tersedia:
Friday. 2010. Menulis Sebagai Prosres. [online].
Tersedia:
Keraf, Gorys. 1988. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta
: Gramedia.
Nadeak, wilson. 1983. Bagaimana Menjadi Penulis yang Sukses?. Bandung:
Gramedia.
Tarigan, Henry Guntur. 1981. Menulis; Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung Angkasa.
Yusuf, Mohammad Suparno. 2008. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas
Terbuka (UT).
No comments:
Post a Comment