FONOLOGI DAN PEMBAHASANNYA
Tujuan
Fonologi:
1. Fonologi, sebagian dari studi linguistik berdasarkan tujuan kajiannya dibedakan atas fonologi teoretis dan fonologi praktis.
2. Tujuan fonologi didasarkan atas tujuan teoritis dan tujuan praktis.
3. Fonologi mencakup atas studi fonetik dan fonemik.
4. Tujuan fonetik teoretis adalah untuk menemukan kaidah-kaidah bunyi secara umum.
5. Tujuan fonetik praktis adalah menemukan kaidah-kaidah umum bunyi bahasa untuk keperluan memecahkan masalah secara praktis, misalnya latihan lafal untuk penderita tunawicara.
6. Tujuan fonemik teoretis adalah menemukan kaidah-kaidah bunyi bahasa tertentu, misalnya fonem hambat /b, d, g/ dalam bahasa Jawa.
7. Tujuan studi fonemik praktis adalah untuk keperluan memecahkan masalah, misalnya ejaan.
8. Tujuan-tujuan fonologi secara teoritis maupun praktis, fonetik dan fonemik teoretis maupun praktis berdasarkan bidang kajian linguistik umum yaitu linguistik teoretis dan linguistik praktis atau linguistik terapan.
Pengertian Fonologi
Menurut
Kridalaksana (2002) dalam kamus linguistik, fonologi adalah bidang dalam
linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Bidang Pembahasannya
Fonologi
mempunyai dua cabang kajian,
Pertama, fonetik
yaitu cabang kajian yang mengkaji bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa
direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja
organ tubuh manusia terutama yang berhubungan dengan penggunaan bahasa. Chaer
(2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, menjadi tiga jenis
fonetik, yaitu:
a)
fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi,
mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam
menghasilkan bunyi bahasa serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
b)
fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau
fenomena alam (bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaranya, aplitudonya,dan
intensitasnya.
c)
fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi
bahasa itu oleh telinga kita.
Dari ketiga
jenis fonetik tersebut yang paling berurusan dengan dunia lingusitik adalah
fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah
bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan
fonetik akustik lebih berkenaan dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris
berkenaan dengan bidang kedokteran.
Kedua, fonemik
yaitu kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan
makna. Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi bahasa yang dapat
atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a], [b] dan [u];
dan [r], [a], [b] dan [u] jika dibandingkan perbedaannya hanya pada bunyi
yang pertama, yaitu bunyi [l] dan bunyi [r]. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda dalam
bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Kedudukan Fonologi dalam Cabang-cabang Linguistik
Sebagai
bidang yang berkosentrasi dalam deskripsi dan analisis bunyi-bunyi ujar, hasil
kerja fonologi berguna bahkan sering dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguitik
yang lain, misalnya morfologi, sintaksis, dan semantik.
1.
Fonologi dalam cabang Morfologi
Bidang
morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering
memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar
{butuh} diucapkan secara bervariasi antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan
[butuhkan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks
{-kan}.
2.
Fonologi dalam cabang Sintaksis
Bidang
sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan
kalimat kamu berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat
tanya), dan kamu berdiri! (kalimat perintah) ketiga kalimat tersebut
masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi mempunyai maksud yang berbeda.
Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan hasil analisis
fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata
dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.
3. Fonologi
dalam cabang Semantik
Bidang
semantik, yang berkosentrasi pada persoalan makna kata pun memanfaatkan hasil
telaah fonologi. Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat divariasikan, dan
tidak. Contoh kata [tahu], [tau], [teras] dan [t∂ras] akan bermakna lain.
Sedangkan kata duduk dan didik ketika diucapkan secara bervariasi
[dudU?], [dUdU?], [didī?], [dīdī?] tidak membedakan makna. Hasil analisis
fonologislah yang membantunya.
Manfaat Fonologi dalam Penyusunan Bahasa
Ejaan adalah
peraturan penggambaran atau pelambangan bunyi ujar suatu bahasa. Karena bunyi
ujar adalah dua unsur, yaitu segmental dan suprasegmental, ejaan pun
menggambarkan atau melambangkan kedua unsur bunyi tersebut.
Perlambangan
unsur segmental bunyi ujar tidak hanya bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujar
dalam bentuk tulisan atau huruf, tetapi juga bagaimana menuliskan bunyi-bunyi
ujar dalam bentuk kata, frase, klausa, dan kalimat, bagaimana memenggal suku
kata, bagaimana menuliskan singkatan, nama orang, lambang-lambang teknis
keilmuan dan sebagainya. Perlambangan unsure suprasegmental bunyi ujar
menyangkut bagaimana melambangkan tekanan, nada, durasi, jedah dan intonasi.
Perlambangan unsure suprasegmental ini dikenal dengan istilah tanda baca
atau pungtuasi.
Tata cara
penulisan bunyi ujar ini bias memanfaatkan hasil kajian fonologi,terutama hasil
kajian fonemik terhadap bahasa yang bersangkutan. Oleh karena itu, hasil kajian
fonemik terhahadap ejaan suatu bahasa disebut ejaan fonemis.
No comments:
Post a Comment