SEMANTIK
Pengertian Semantik yang semula berasal dari bahasa
Yunani, mengangung makna to signify
atau pemakaian. Sebagai istilah teknis, semantic pengandung pengertian “study
tentang makna”. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka
semantic merupakan bagian dari linguistik. Seperti halnya bunyi dan tata
bahasa, komponen makna dalam hal ini juga menduduki tingkatan tertentu. Apabila
komponen bunyi umumnya menduduki tingkatan pertama, tata bahasa pada tingkat
kedua, maka komponen makna menduduki tingkatan paling akhir.
Menurut Lehrer
semantik adalah studi tentang makna. Sedangkan menurut Verhaar mengatakan bahwa
semantic berarti teori makna atau teori arti (Inggris semantics, kata sifatnya
semantic yang dalam BI dipadankan dengan kata semantik sebagai nomina da
semantic sebagai ajektiva). Dalam Ensiklopedia Britanika (Encyclopaedia
Britanica, Vol. 20, 1965:313) yang terjemahannya semantic adalah studi tentang
hubungan antara suatu pembeda linguistick dengan hubungan preoses mental atau
symbol dalam aktivitas bicara.
Semantik dan Psikologi, Hubungan yang begitu erat antara
bahasa dengan aspek kejiwaan manusia, salah satunya ditandai oleh kenadiran disiplin ilmu yang mengkaji
linguistik dari sudut psikologi. Disiplin ilmu yang dimaksud adalah
psikolinguistik. Disiplin tilmu tersebut selain mengkaji masalah proses belajar
bahasa, baik secara teseptif maupun produktif. Seorang filsuf yang juga
berpengaruh besar dalam bidang psikologi, Jhon Locke, mengungkapkan bawa
pemakaian kata-kata juga dapat diartikan sebagai penanda bentuk gagasan
tertentu karena bahasa juga menjadi instrument pikiran yang mengacu pada
suasana maupun realitas tertentu.
Semantik dan Antropologi, Batas antara antropologi dengan
sosiologi sering kali kabur karena keduanya mengkaji masalah manusia dalam
masyarakat. Roger T. Bell, dalam membedakan bentuk kajian kedua disiplin ilmu
itu, menyimpulkan bahwa (1) pusat kajian antropologi adalah pada sekelompok
masyarakat tertentu, sedangkan sosiologi pada kelompok masyarakat yang lebih
luas, (2) antropologi mengkaji perkembangan masyarakat yang relatif homogen
dengan berbagai karakteristiknya, sedangkan sosiologi mengkaji proses
perkemangan social-ekonomi masyarakat yang heterogen.
Hubungan
semantik dengan fenomena sosial dan kultural pada dasarnya memang sudah
selayaknya terjadi. Disebut demikian karena aspek sosial dan kultural sangat
berperanan dalam menentukan bentuk perkembangan maupun perubahan makna
kebahasaan. Dalam menentukan fungsi dan komponen semantik bahasa, Halliday mengemukakan
adanya tiga unsur yang tidak dapat dipisah-pisahkan, yang meliputi (1) ideational, yakni si pesan yang
disampaikan, (2) interpersonal, makna
yang hadir bagi pemeran dalamperistiwa turunan, serta (3) texstual, bentuk kebahasaan wujudnya makna tuturan.
Semantik dan Kesastraan, Sastra sebagai salah satu bentuk
kreasi seni, menggunakan bahasa sebagai media pemaparnya. Akan tetapi berbeda
dengan bahasa yang digunakan sehari-hari, bahasa dan karya sastra memiliki
kekhasannya sendiri. Disebut demikian karena bahasa dalam sastra merupakan
salah satu bentuk idiosyncration di
mana tebaran kata yang digunakan merupakan hasil pengolahan dalam ekspresi
individual pengarangnya.
Semantik dan Linguistik, Dalam kajian filsafat kaum stoik, digunakan istilah signans sebagai komponen terkecil dari
tanda, dan signatum, yakni makna yang
diacu oleh signans. Konsep tersebut dalam kajian kebahasaan dikembangkan oleh
Ferdinand de Saussere yang mengintroduksi istilah significant, yakni gambaran bunyi abstrak dalam kesaradan, serta
signifie, yakni gambaran dunia luar dalam abstrak kesadaran yang diacu oleh
signifiant. Kedua unsur dasar kebahasaan itu pada dasarnya merupakan
unsur-unsur yang masih belum digunakan dalam komunikasi.
Dari paparan
diatas dapat disimpulkan bahwa makna adalah unsur yang menyertai aspek bunyi,
jauh sebelum hadir dalam kegiatan komunikasi. Sebagai unsur yang melekat pada
bunyi, makna juga senantiasa menyertai system relasi dan kombinasi bunyi dalam
suatu struktur yang lebih besar seperti yang akhirnya terwujud dalam kegiatan
komunikasi.
Jenis-jenis Makna, Kita ketahui bahwa kata memiliki
makna kognitif (denotatif; deskriptif), makna konotatif dan makna emoitif .
Kata dengan makna kognitif diitemukan dalam kehidupan sehari-hari, dan kata
kognitif ini sering dipakai di bidang teknik. Kata konotatif di dalam bahasa
Indonesia cenderung bermakna negative, sedangkan kata emotif memiliki makna
positif.
Makna Sempit, adalah makna yang lebih sempit dari
keselurhan ujaran. Makna yang asalnya lebih luas dapat menyempit, karena
dibatasi. Bloomfield mengemukakan adanya makna sempit dan makna luas di dalam
perubahan makna ujaran.
Makna Luas, adalah makna yang terkandung pada
sebuah kata lebih luas dari yang diperkirakan. Kata-kata yang berkonsep
memiliki maka luas dapat muncul dari makna yang sempit. Contoh: Pakaian dalam
dengan pakaian, Kursi roda dengan
kursi, Menghidangkan dengan
menyiapkan.
Makna kognitif, disebut juga makna deskriptif atau
denotative adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan
dunia kenyataan. Makna kognitif adalah makna lugas, makna apa adanya. Makna
kognitif tidak hanya dimiliki kata-kata yang menunjuk benda-benda nyata, tetapi
mengacu pula pada bentuk yang makna kognitifnya khusus. Makna kognitif adalah
makna sebenarnya, bukan makna kias atau perumpamaan.
Makna konotatif dan emotif, Makna konotatif adalah
makna yang muncul dari makna kognitif (lewat makna kognitif), kedalam makna
kognitif tersebut ditambah komponen makna lain. Contoh: Perempuan itu
ibu saya. Ah, dasar perempuan. Pada contoh pertama merupakan makna kognitif, sedangkan pada
contoh kedua selain bermakan kognitif tetapi juga memiliki makna konotatif
Makan emotif
adalah makna yang melibatkan perasaan (pembicara dan pendengar; penulis dan
pembaca) kearah yang positif. Didalam bahasa Indonesia cenderung berbeda dengan
makna konotatif; makna emotif cenderung mengacu kepada hal-hal (makna) yang
positif; sedangakan makana konotatif cenderung mengacu kepada hal-hal (makna)
yang negative. Contoh: Sudahkah Anda petik bunga
di kebun itu?, Ini adalan bunga di
kampong itu, Katakanya dengan bahasa bunga,
Bicara berbunga-bunga sampai tidak
tahu lagi apa maksudmnya.
Makna Referensial, adalah makna yang berhubungan
langsung dengan kenyataan atau referent (acuan). Contoh: 1. Orang itu menampar orang.
Pada (1) orang 1 dibedakan
maknanya dari orang2, karena orang 1 sebagai pelaku (agenti) dan orang2 sebagai pengalam (yang mengalami
makna yang diungkapkan verba).
Makna Leksikal dan Makna Gramatikal, Makna leksikal adalah
makna kata yang berdiri sendiri baik dalam bentuk dasar maupun dalam bentuk
kompleks (turunan) dan makna yang ada tetap seperti apa yang dapat kita lihat
dalam makna kamus. Sedangkan makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai
akibat digabungkannya sebuah kata dalam sebuah kalimat. Makna gramatikal dapat
juga timbul sebagai akibat dari proses gramatikal seperti afiks, reduplikasi,
dan komposisi.
Makna Konstruksi, adalah makna makna yang
terdapat pada makna kontruksi, mis., makna milik yang diungkapkan dengan urutan
kata di dalam bahasa Indonesia. Di samping itu, makna milik dapat diungkapkan
melalui enklitik sebagai akhiran yang yang menunjukkan kepunyaan. Contoh: Ini
buku saya, Saya baca buku saya,
Perempuan itu ibu saya
Makna Idesional, adalah makna yang munculsebagai
akibat penggunaan kata yang berkonsep. Kata yang dapai dicari kosepnya atau ide
yang terkandung di dalam satuan kata-kata, baik bentuk dasar maupun turunan.
Makna Proposisi, adalah makna yang muncul
bila kita membatasi pengertian tentang sesuatu. Kata-kata dengan makna
proposisi kita dapatkan di bidang matematika, atau bidang eksakta. Maka
proposisi mengandung pula saran, hal,rencana, yang dapat dipahami mrlalui
konteks. Contoh: Satu tahun sama dengan dua belas bulan, Matahari terbit dari ufuk timur, Satu hari sama dengan dua belas jam.
Makna Pusat, adalah makna yang dimiliki
setiap kata yang menjadi inti ujaran. Setiap ujaran (klausa,kalimat, wacana)
memiliki makna yang menjadi pusat (inti) pembicaraan. Makna pusat disebut juga
makna tak berciri. Mkana pusat dapat hadir pada konteksnya atau tidak hadir
pada konteksnya.
Makna Piktorial, adalah makan suatu kata
yang berhubungan dengan perasaan pendengan atau pembaca. Mis. Pada situasi
makan berbicara tentang sesuatu yang menjijikan dan menimbulkan perasaan jiji
bagi si pendengar, hingga ia menghentikan kegiatan maka. Contoh: Ah, konyol dia.
Ia tinggal di gang yang becek itu.
Makna Idiomatik, adalah makna leksikal
terbentuk dari beberapa kata. Kata-kata yang disusun dengan kombinasi kata lain
dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Makna idiomatik didapatkan di
dalam ungkapan dan pribahasa.
Contoh: Ia bekerja membanting tulang bertahun-tahun. Aku tidak akan
bertekuk lutut di hadapan dia.
Relasi Makna, adalah hubungan semantic yang
terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain.
Sinonim, Kata sininim terdiri dari sin (“sama” atau “serupa”)
dan akar kata onim “nama” yang bermakna “sebuah kata yang dikelompokkan dengan
kata-kata lain di dalam klasifikasi yang samaberdasarkan makna umum”. Dengan
kata lain sinonim suatu istilah yang mengandung pengrtian telaah, keadaan, nama
lain. Contoh: Mati : mampus, Berusaha : berupaya, Memberitahukan : menyampaikan
Homonim, Istilah homonym (Inggris: homonymy) berasal dari
bahasa yunani kuno, ( (onoma = nama, dan homos = sama) secara harfiah, homonym
adalah nama lai untuk benda yang lain. Verhaar (1983: 135) mengatakan, homonym
adalah ungkapan yang bentuknya sama dengan suatu ungkapan lain, tetapi dengan
perbedaan makna diantara kedua ungkapan tesebut. Dengan kata lain homonin
adalah bentuknya sama (tulisan, dan pengucapannya sama) tetapi berbeda makna. Contoh: Bisa yang berarti
sanggup; mampu; dan dapat, sedangkan bias
juga yang berarti racun ular. Padan yang berarti batas, sedangkan padan juga berarti batas.
Factor-faktor
yang yang menyebabkan terjadinya homonim adalah: kata-kata yang berhomonim itu
berasal dari bahasa atau dialik yang berlainan, kata-kata yang berhomonim itu
tejadi sebagaimana hasil proses morfologis.
Antonim, Istilah antonim, berasal ari bahasa Yunani kuno,
(onoma = nama, anti = melawan). Makna harfiahnya, nama lain untuk benda yang
lain. Dapat dikatakan juga bahwa antonom adalah kata-kata yang maknanya
berlawanan. Contoh: Besar : kecil, Mudah : sukar, Hidup :
mati
Dilihat dari
segi hubungannya antonim dapat dibagi menjadi: Antonim yang bersifat mutlak, Antonim
yang bersifat relative atau bergradasi, Antonim yang bersifat rasional, Antonin
yang bersifat hiearkial, Antonim majemuk adalah satuan ujaran yang memiliki pasangan
antonym lebih dari satu.
Polisemi, adalah kata atau satuan ujaran yang
mempunyai makna lebih dari satu. Umpamanya kata kepala. Bisa memiliki makna
lebih dari satu. Kepala bias menunjukkan untuk kepala surat, kepala manusia,
dan kepala sebutan untuk pimpinan atau ketua.
Hiponim, adalah ungkapan yang maknanya dianggap merupakan
bagian dari makna sesuatu ungkapan lain. Misalnya kata merah merupakan hiponim warna; kata warna tidak berada di bawah merah, melainkan di atas kata merah.
Perubahan Makna
Perubahan
makna mencakup banyak hal. Perubahan makna terjadi pula karena akibat perubahan
lingkungan. Perubahan makna terjadi pula karena akibat pertukaran tangapan
indra. Perubahan makna boleh juga terjadi karena gabungan leksem.
General, atau perluasan adalah suatu proses perubahan makna
kata dari yang lebih khusus ke yang lebih umum, atau dari yang lebih sempit ke
yang lebih luas.
Contoh: kata bapak dulu digunakan hanya untuk
memanggil orang tua kandung akan tetapi pada masa kini kata bapak digunakan
untuk semua orang yang berkedudukan lebih tinggi; tuan.
Ameliorasi, Kata ameliorasi (yang berasal dari
bahasa Latin melior ‘lebih baik’) berarti ‘membuat menjadi lebih baik, lebih
tinggi, lebih anggun, lebih halus’. Dengan kata lain perubahan ameliorative mengacu
kepada peningkatan makna; makna baru dianggap lebih baik atau lebih tinggi
nilainya daripada makna dulu.
Contoh: Kata istri lebih baik, lebih hormat dari pada
bini, Kata hamil lebih baik, lebih hormat dari pada bunting.
Peyorasi, adalah suatu proses perubahan makna kata menjadi
lebih jelek atau lebih rendah daripada makna semula. Kata peyorasi berasal dari
bahasa Latin pejor yang berarti ‘jelek, buruk’. Proses peyoratif ini adalah
kebalikan dari proses ameliorative. Contoh: kata tuli yang pada masa dulu tidak dirasakan mengandung makna yang
jelek, tetapi pada masa kini dirasakan kurang baik, kurang sopan dan terasa
kasar.
Spesialisasi, Proses spesialisasi atau
pengkhususan, penyempitan mengacu kepada suatu perubahan yang mengakibatkan
makna kata menjadi lebih khusus atau lebih sempit dalam aplikasinya.. Contoh:
kata preman. Kata preman pada masa dulu berarti partikelir,
bukan tentara; sedangkan pada masa
kini berarti brandalan.
Sinestesia, Ada sejenis perubahan makna yang
terjadi sebagai akibat pertukaran tanggapan antara dua indera
yang berbeda. Perubahan makna yang seperti ini disebut sinestesia.Contoh: Hatinya busuk
benar, Namanya sudah harum.
Kata busuk dan harum yang dipakai pada kedua kalimat di atas sebenarnya tanggapan indera pencium;
Asosiasi, Ada pula semacam perubahan makna yang
terjadi sebagai persamaan sifat. Perubahan makna seperti ini disebut asosiasi. Contoh: Kursi itu telah lama
diidam-idamkan, Saya naik Garuda ke Medan.
Kata kursi
pada kalimat di atas berasosiasi atau bersamaan sifat dengan kedudukan,
jabatan, atau posisi.
No comments:
Post a Comment