Tugas seorang guru
1. Guru
Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh,
panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkunganya. Oleh karena
itu, guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup
tanggung jawab, wibawa dan disiplin yang akan dijelaskan di bawah ini:
a. Tanggung
Jawab
Dimaksudkan Guru harus mengetahui, serta
memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berprilaku dan berbuat
sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab
terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah dan dalam kehidupan
bermasyarakat.
b. Wibawa
Dimaksudkan Guru harus mempunyai kelebih dalam
merealisasikan nilai sepiritual, emosional, moral, sosial dan intelektual dalam
pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni sesuai dengan bidang yang di kembangkan.
Guru juga harus mampu mengambil keputusan
secara mandiri (idependent), terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan
pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi
peserta didik dan lingkungan. Guru harus mampu bertindak dan mengambil
keputusan secara cepat, tepat waktu dan tepat sasaran, terutama berkaitan
dengan masalah pembelajaran dan peserta didik, tidak menunggu perintah atasan
atau kepala sekolah.
c. Disiplin
Dimaksudkan Guru harus memetuhi segala
peraturan dan tata tertib secara konsisten atas kesadaran professional, karena
mereka bertugas untuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah terutama
dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus
memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan prilakunya.
2. Guru Sebagai Pengajar
Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru
telah melaksanakan tugas pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas
dan tanggung jawabnya yang pertama yang utama. Guru membantu peserta didik yang
sedang berkembanguntuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk
kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari.
Berkembangnya teknologi, khususnya teknologi
informasi yang begitu pesat berkembangnya, belum mampu menggantikan peran guru,
hanya sedikit menggeser atau merubah fungsinya, itupun di kota-kota besar saja,
ketika peserta didik memiliki berbagai sumber belajar di rumahnya.
Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari
pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator
yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal ini dimungkinkan karena
perkembangan teknologi menimbulkan banyaknya buku dengan harga relatif murah,
kecuali atas ulah guru. Disamping itu, peserta didik dapat belajar dari
berbagai sumber seperti radio, televise, berbagai filem pembelajaran, bahkan
program internet atau electronic learning (e-learning). Derasnya arus
informasi, serta cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
memunculkan pertanyaan terhadap tugas utama guru yang disebut “mengajar”. Masih
perlukah guru mengajar di kelas seorang diri, menginformasikan, menjelaskan,
dan menerangkan? Menanggapi hal tersebut, ada pendapat bahwa tak seorangpun
dapat mengajar sesuatu pada orang lain, dan peserta didik harus melakukan
sendiri kegiatan belajar. Pendapat ini telah diterima baik, tetapi tidak
berarti bahwa guru tidak membantu kegiatan belajar. Pertentangan tentang
mengajar berdasarkan suatu unsur kebenaran yang berangkat dari pendapat kuno
yang menekankan bahwa mengajar berarti memberitahu atau menyampaikan materi
pembelajaran. Dalam hal ini, konsep lama yang cenderung membuat kegiatan
pembelajaran menjadi menonton wajar jika mendapat tantangan, tetapi tidak dapat
didiskreditkan untuk semua pembelajaran.
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh
beberapa paktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan
guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru
dalam berkomunikasi. Jika fakto-faktor di atas dipenuhi, maka melalui
pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Sehubungan dengan itu,
sebagai orang yang bertugas menjelaskan sesuatu, guru harus beusaha membuat
sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik, dan berusaha lebih terampil dalam
memecahkan masalah. Untuk itu, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru
dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
1. Membuat
ilustrasi
Maksudnya, pada dasarnya ilustrasi menghubungkan
sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah
diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada
peserta didik.
2. Mendefinisikan
Maksudnya, meletakan sesuatu yang dipelajari
secara jelas dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta
pengertian yang dimiliki oleh peserta didik.
3. Menganalisis
Maksudnya, membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian.
4. Mensintesis
Maksudnya, mengembalikan bagian-bagian yang
telah dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki inti, hubungan
antara yang satu dengan yang lain nampak jelas, dan masalah itu tetap
berhubungan dengan dengan keseluruhan yang lebih besar.
5. Bertanya
Maksudnya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang berarti dan tajam agar apa yang dipelajari menjadi lebih jelas, seperti
yang dilakukan Socrates.
6. Merespon
Maksudnya, mereaksi atau menanggapi pertanyaan
peserta didik. Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap
pertanyaan peserta didik.
7. Mendengarkan
Maksudnya, memahami peserta didik, dan berusaha
menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi
guru maupun peserta didik.
8. Menciptakan kepercayaan
Maksudnya, peserta didik akan memberikan
kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan
kompetensi dasar.
9. Memberikan pandangan yang bervariasi
Maksudnya, melihat bahan yang dipelajari dari
berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.
10. Menyediakan media untuk mengkaji materi standar
Maksudnya, memberikan pengalaman yang
bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar yang berhubungn
dengan materi dasar.
11. Menyesuaikan metode pembelajaran
Maksudnya, menyesuaikan metode pembelajaran
dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan
materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.
12. Memberikan nada perasaan
Maksudnya, membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan hidup melalui antusias dan semangat.
Uraian di atas lebih bersifat teknis, karena
dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik, guru melakukan
banyak hal melalui kebiasaan; tentusaja ada keinginan untuk meningkatkan
kemampuan dalam pelaksanaannya, sehingga hasilnya pun semakin baik yang
diwujudkan dalam prestasi belajar peserta didik.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang
maksimal, guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.
Sebagai pengajar, guru harus memiliki tujuan yang jelas, membuat keputusan
secara rasional agar peserta didik memahami keterampilan yang dituntut oleh
pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut, perlu dibina hubungan yang positif
antara guru dengan peserta didik. Hubungan ini menyangkut bagaimana guru
merasakan apa yang dirasakan peserta didiknya dalam pembelajaran, serta
bagaimana peserta didik merasakan apa yang dirasakan gurunya. Sebainya guru
mengetahui bagaimana peserta didik memandangnya, karena hal tersebut sangat
penting dalam pembelajaran, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Hal ini akan
menjadi jelas jika secara hati-hati menguji bagaimana guru merasakan apa yang
dirasakan peserta didik dalam pembelajaran (empati).
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing
perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya
bertanggungjawab atas kelancaran perejalanan itu. Dalam hal ini, istilah
perjalanan tidak hanya menyangkut pisik tetapi juga perjalanan mental,
emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu
perjalanan, menetapkan jalan yang harus di tempuh, menggunakan petunjuk
perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
peserta didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerja sama yang baik dengan
peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek
perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab
dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.
Istilah perjalanan merupakan suatu proses
belajar, baik dalam kelas maupun diluar kelas yang mencakup seluruh kehidupan.
Analogi dari perjalanan itu sendiri merupakan pengembangan setiap aspek yang
terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap perjalanan tentu mempunyai tujuan,
kecuali orang yang berjalan secara kebetulan. Keinginan, kebutuhan dan bahkan
naluri manusia menuntut adanya suatu tujuan. Suatu rencana dibuat, perjalanan
dilaksanakan dan dari waktu ke waktu terdapatlah saat berhenti untuk melihat
kebelakang serta mengukur sifat, arti, dan efektivitas perjalanan sampai tempat
berhenti tadi.
Berdasarkan ilustrasi diatas, dapat disimpulkan
bahwa sebagai pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi
untuk melaksanakan empat hal berikut.
Pertama, guru harus merencanakan tujuan dan
mengidentifikasikompetensi yang hendak dicapai. Tugas guru adalah menetapkan
apa yang telah dimiliki oleh peserta didik sehubungan dengan latar belakang dan
kemampuannya, serta kompetensi apa yang mereka perlukan untuk dipelajari dalam
mencapai tujuan. Untuk merumuskan tujuan, guru perlu melihat dan memahami
seluruh aspek perjalanan. Sebagai contoh, kualitas hidup seseorang sangat
bergantung pada kemampuan membaca dan menyatakan pikiran-pikirannya secara
jelas.
Kedua, guru harus melihat keterlibatan peserta
didik dalam pembelajaran, dan yang paling penting bahwa peserta didik
melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka
harus terlibat secara psikologis. Dengan kata lain, peserta didik harus
dibimbing untuk mendapatkan pengalaman, dan membentuk kompetensi yang akan
mengantar mereka harus memilikipengalaman dalam kompetensi yang dapat
menimbulkan kegiatan belajar.
Ketiga, guru harus memaknai kegiatan belajar.
Hal ini mungkin merupakan tugas yang paling sukar tetapi penting, karena guru
harus memberikan kehidupan dan arti terhadap kegiatan belajar. Bisa jadi
pembelajaran direncanakan dengan baik, dilaksanakan secara tuntas dan rinci,
tetapi kurang relevan, kurang hidup, kurang bermakna, kurang menantang rasa
ingin tahu, dan kurang imaginatif.
Keempat, guru harus melaksanakan penilaian.
Dalam hal ini diharapkan guru dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut:
Bagaimana keadaan peserta didik dalam pembelajaran? Bagaimana peserta didik
membentuk kompetensi? Bagaimana peserta didik mencapai tujuan? Jika berhasil,
mengapa, dan jika tidak berhasil mengapa? Apa yang bisa dilakukan dimasa
mendatang agar pembelajaran menjadi sebuah perjalanan yang lebih baik? Apakah
peserta didik dilibatkan dalam menilai kemajuan dan keberhasilan, sehingga
mereka dapat mengarahkan dirinya (self-directing)? Seluruh aspek pertanyaan
tersebut merupakan kegiatan penilaian yang harus dilakukan guru terhadap
kegiatan pembelajaran, yang hasilnya sangat bermanfaat terutama untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran.
4. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan
latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru
untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum
2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan seorang peserta didik tidak
akan mampu menunjukan penguasaan kompetensi dasar, dan tidak akan mahir dalam
berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh
karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta
didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing.
Pelatihan yang dilakukan, disamping harus
memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu
memperhatikan perbedaan individual peserta didik, dan lingkungannya.Untuk itu,
guru harus banyak tahu meskipun tidak mencakup semua hal, dan tidak setiap hal
secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin. Benar bahwa guru tidak dapat
mengetahui sebanyak yang harus diketahui, tetapi disbanding orang yang belajar
bersamanya dalam bidang tertentu yang menjadi tanggungjawabnya, ia harus lebih
banyak tahu. Meskipun demikian, tidak mustahil kalau suatu ketika menghadapi
kenyataan bahwa guru tidak tahu tentang sesuatu yang seharusnya tahu. Dalam
keadaan demikian, guru harus berani berkata jujur, dan berkata “saya tidak
tahu”. Kebenaran adalah sesuatu yang amat mulia, namun jika guru terlalu banyak
berkata “saya tidak tahu” maka bukanlah guru professional. Untuk itu guru harus
selalu belajar, belajar sepanjang hayat, dan belajar adalah sesuatu ysng tidak
dapat diwakilkan kepada orang lain.
Pelaksanaan fungsi ini tidak harus mengalahkan
fungsi lain, ia tetap sadar bahwa walaupun tahu, tidak harus memberitahukan
semua yang diketahuinya. Secara didaktis, guru menciptakan situasi agar peserta
didik berusaha menemukan sendiri apa yang seharusnya diketahui. Guru harus bisa
menahan emosinya untuk menjawab semua pertanyaan yang ditujukan kepadanya,
sehingga kewenangan yang dimiliki tidak membunuh kreativitas peserta didik.
5. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah penasehat bagi peserta didik,
bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai
penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Banyak guru cenderung bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien,
seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak
senang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada tingkat manapun
berarti menjadi penasihat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan
pembelajaranpun meletakannya pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa
berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan
lari kepada gurunya. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan, makin
banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasihat
dan kepercayaan diri.
Agar guru dapat menyadari perannya sebagai
orang kepercayaannya, dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami
psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental. Diantara makhluk hidup di
planet ini, manusia merupakan makhluk yang unik, dan sifat-sifatnyapun
berkembang secara unik pula. Menjadi apa dia, sangat dipengaruhi pengalaman,
lingkungan dan pendidikan. Untuk menjadi manusia dewasa, manusia harus belajar
dari lingkungan selama hidup dengan menggunakan kekuatan dan kelemahannya.
Pendekatan psikologis dan mental health diatas akan banyak menolong guru dalam
menjalankan fungsinya sebagai penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa ia
banyak membantu peserta didik untuk dapat membuat keputusan sendiri.
6. Guru Sebagai Pembahaharu (Innovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu
kedalam kehidupan yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat
jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian
halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak dari pada nenek kita.
Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari
pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik, jika tidak,
maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak
menggunakan potensi yang dimilikinya. Tugas guru adalah memahami bagaimna
keadaan jurang pemisah ini dan bagaimana menjembataninya secara efektif. Jadi
yang menjadi dasar adalah pikiran-pikiran tersebut, dan cara yang dipergunakan
untuk mengekspresikan dibentuk oleh corak waktu ketika cara-cara tadi
dipergunakan. Bahasa memang merupakan alat untuk berfikir, melalui pengamatan
yang dilakukan dan menyusun kata-kata serta menyimpan dalam otak, terjadilah
pemahaman sebagai hasil belajar. Hal tersebut selalu mengalami perubahan dalam
setiap generasi, dan perubahan yang dilakukan melalui pendidikan akan
memberikan hasil yang positif.
Unsur yang hebat dari manusia adalah
kemampuannya untuk belajar dari pengalaman orang lain. Kita menyadari bahwa
manusia normal dapat menerima pendidikan, dengan memiliki kesempatan yang
cukup, ia dapat mengambil bagian pengalaman yang bertahun-tahun, proses belajar
serta prestasi manusia dan mewujudkan yang terbaik dalam suatu kepribadian yang
unik dalam jangka waktu tertentu. Manusia tidak terbatas pada pengalaman
pribadinya, melainkan dapat mewujudkan pengalaman dari semua waktu dan dari
setiap kebudayaan. Dengan demikian, ia dapat berdiri bebas pada saat
terbaiknya, dan guru yang tidak sensitif adalah buta akan arti kompetensi
professional. kemampuan manusia yang unik ini harus dikembangkan sehingga
memberikan arti penting terhadap kinerja guru.
Prinsip modernisasi tidak hanya diwujudkan
dalam bentuk buku-buku sebagai alat utama pendidikan, melainkan dalam semua
rekaman tentang pengalaman manusia. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan
dan pengalaman yang berharga ini kedalam istilah dan bahasa modern yang akan
diterima oleh peserta didik. Pada kenyataannya, semua pikiran manusia harus
dikemukakan kembali disetiap generasi oleh para guru yang tentu saja dengan
berbagai perbedaan yang dimiliki secara individual, termasuk siapa saja yang
berminat untuk menulis. Memang dalam beberapa hal berlaku apa yang dikatakan
oleh para pendeta kuno “ there is nothing news under the sun” (tidak ada barang
baru di bawah matahari), tetapi guru dan penulis bisa berbesar hati berdasar
kenyataan bahwa pikiran-pikiran atau dalil-dalil lam dapat diletakkan dalam
model baru, pakaian baru dan dalam proses ini semuanya akan tampak baru. Sekurang-kurangnya
menjadi baru bagi peserta didik, dan bagi para pendengar. Oleh karena itu,
sebagai jembatan antara generasi tua dan generasi muda, yang juga sebagai
penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
7. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para
peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat
kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk
ditentang, apalagi ditolak. Keprihatinan, kerendahan, kemalasan dan rasa takut,
secara terpisah ataupun bersama-sama bisa menyebabkan seseorang berpikir atau
berkata, “jika saya harus menjadi teladan atau dipertimbangkan untuk menjadi
model, maka pembelajaran bukanlah pekerjaan yang tepat bagi saya. Saya tidak cukup
baik untuk diteladani, disamping saya sendiri ingin bebas untuk menjadi diri
sendiri dan untuk selamanya tidak ingin menjadi teladan bagi orang lain. Jika
peserta didik harus memiliki model, biarkanlah mereka menemukannya dimanapun.
Alasan tersebut tidak dapat dimengerti, mungkin dalam hal tertentu dapat
diterima tetapi mengabaikan atau menolak aspek fundamental dari sifat
pembelajaran. Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan
ketika seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunakannya secara konstrutif
maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi ini patut
dipahami, dan tak perlu menjadi beban yang memberatkan, sehingga dengan
keterampilan dan kerendahan hati akan memperkaya arti pembelajaran.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa
yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar
lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan itu,
beberapa hal dibawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan
para guru:
1. Sikap Dasar : postur psikologis yang akan
nampak dalam masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan,
pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan, permainan
dan diri.
2. Bicara dan Gaya Bicara : penggunaan bahasa sebagai alat berfikir.
3. Kebiasaan Bekerja : gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya.
4. Sikap Melalui Pengalaman dan Kesalahan :
pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan nilaiserta tidak mungkinnya
mengelak dari kesalahan.
5. Pakaian : merupakan perlengkapan pribadi
yang amat penting dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.
6. Hubungan Kemanusiaan : diwujudkan dalam
semua pergaulan manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana
berperilaku.
7. Proses Berfikir : cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
8. Perilaku Neurotis : suatu pertahanan yang
dipergunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.
9. Selera : pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan.
10. Keputusan : keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk menilai setiap situasi.
11. Kesehatan : kualitas tubuh, pikiran dan
semangat. Yang merefleksikan kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan
semangat hidup.
12. Gaya Hidup Secara Umum : apa yang dipercaya
oleh seseorang tentang setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan
kepercayaan itu.
Apa yang diterapkan di atas hanyalah ilustrasi,
para guru dapat menambah aspek-aspek tingkah laku lain yang sering muncul dalam
kehidupan bersama peserta didik. Hal ini untuk menegaskan berbagai cara pada
contoh-contoh yang diekspresikan oleh guru sendiri dalam menjalankan
pekerjaannya sehari-hari.
Secara teoritis, menjadi teladan merupakan
bagian integral dari seorang guru,sehingga menjadi guru berarti menerima
tanggung jawab untuk menjadi teladan. Memang setiap profesi mempunyai
tuntutan-tuntutan khusus, dan karenanya bila menolak berarti menolak profesi
itu. Pertanyaan yang timbul adalah apakah guru harus menjadi teladan baik di
dalam melaksanakan tugasnya maupun dalam seluruh kehidupannya? Dalam beberapa
hal memang benar bahwa guru harus bisa menjadi teladan di kedua posisi itu,
tetapi jangan sampai hal tersebut menjadikan guru tidak memiliki kebebasan sama
sekali. Dalam batas-batas tertentu, sebagai manusia biasa tentu saja guru
memiliki berbagai kelemahan, dan kekurangan.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah model yang
diberikan oleh guru harus ditiru sepenuhnya oleh peserta didik? Perilaku guru
sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi setiap peserta didik harus berani
mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Akhirnya tetapi bukan terakhir dalam
pembahasannya, haruskah guru menunjukkan teladan terbaik, moral yang sempurna?
Alangkah beratnya pertanyaan ini. Kembali seperti dikatakan di muka, kita
menyadari bahwa guru tetap manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, guru
yang baik adalah guru yang menyadari kesenjangan antara apa yang diinginkan
dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian ia menyadari kesalahan ketika memang
bersalah. Kesalahan perlu diikuti dengan sikap merasa dan berusaha untuk tidak
mengulanginya.
8. Guru Sebagai Pribadi
Sebagai individu yang berkembang dalam
pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik.
Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebuh berat
disbanding profesi lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa “
guru bisa di gugu dan di tiru “. Digugu bahwa maksudnya bahwa pesan-pesan yang
disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa
ditiru dan diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu
guru harus mengenal nilai-nilaiyang dianut dan berkembang di masyarakat tempat
melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Secara nasional, nilai-nilai tersebut
sudah dirumuskan, tetapi barangkali masih ada nilai tertentu yang belum
diwadahi dan harus dikenal oleh guru, agar dapat melestarikannya, dan berniat
untuk tidak berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut. Jika ada nilai
yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat dia
menyikapi hal tersebut, sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan
masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik.
Untuk kepentingan tersebut, wawasan nasional mutlak diperlukan dalam
pembelajaran.
Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini
adalah rangsangan yang memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan,
namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang
menyinggung perasaan, dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai temperamen
yang berbeda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk
latihan mental akan sangat berguna. Guru yang mudah marah akan membuat peserta
didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangnya minat untuk mengikuti
pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan
kekuatiran untuk dimarahi dan hal ini membelokan konsentrasi peserta didik.
Kemarahan guru terungkap dalam kata-kata yang
dikeluarkan, dalam raut muka dan mungkin dengan gerakan-gerakan tertentu,
bahkan ada yang dilahirkan dalam bentuk memberikan hukuman fisik. Sebagian
kemarhan bernilai negatif, dan sebagian lagi bernilai fositif. Kemarahan yang
berlebihan seharusnya tidak ditampakkan, karena menunjukan kelebihan emosi
guru,. Dilihat dari penyebabnya, sering Nampak bahw kemarahan adalah salah
karena ternyata disebabkan oleh peserta didik yang tidak mampumemecahkan
masalah atau menjawab pertanyaan, padahal dia telah belajar dengan
sungguh-sungguh.kematangan emosi guru akan berkembang sejalan dengan pengalaman
bekerja, selama dia mau memanfaatkanpengalamannya. Jadi tidak sekedar jumlah
umur atau masa kerjanya saja yang bertambah, melainkan bertambahnya kemampuan
memecahkan masalah atas dasar pengalaman masa lalu.
Sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah
masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat
melalui kemampuannya, antara lain melalui kegiatan olah raga, keagamaan, dan
kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya
tidak akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima
oleh masyarakat.
Jika di masyarakat, guru diamati dan dinilai
oleh masyarakat, maka disekolah guru diamati oleh peserta didik, dan oleh teman
sejawat serta atasannya. Dalam kesempatan tertentu sejumlah peserta didik
membicarakan kebaikkan gurunya, tetapi dalam situasi lain mereka membicarakan
kekurangannya. Ada baiknya jika guru sering minta pendapat teman sejawat atau
peserta didik tentang penampilannya sehari-hari, baik di dalam maupun di luar
kelas, dan segera memanfaatkan pendapat yang telah diterima dalam upaya
mengubah atau memperbaiki penampilan terentu yang kurang tepat.
Salah satu hal yang perlu dipahami guru untuk
mengefektifkan proses pembelajaran adalah bahwa semua manusia (peserta didik)
dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan, dan mereka semua
memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Misalkan kita memberikan
mainan kepada seorang bayi, perhatikan bagaimana dia asiknya memainkan
mainannya, menggerak-gerakan seluruh bagian tubuhnya sebagai reaksi terhadap
mainan tersebut, memutar dengan tangan, menggigit atau memasukan mainan
tersebut ke mulutnya dan bahkan sekali-kaliia melemparkannya. Kesemuanya itu
dilakukan karena rasa ingin tahunya terhadap mainan.
Belajar dari pengalaman tersebut, dalam
pembelajaranpun kondisinya tidak jauh berbeda peserta didik memiliki rasa ingin
tahu, dan memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Oleh karena itu,
tugas guru yang paling utama adalah bagaimana membangkitkan rasa ingin tahu
peserta didik agar tumbuh minat dan motivasinya untuk belajar.
Untuk kepentingan tersebut perlu dikondisikan
lingkungan yang kondusif dan menantang rasa ingin tahu peserta didik, sehingga
proses pembelajaran akan berlangsung secara efektif. Pertanyaan yang muncul
kemudian adalah, mengapa prestasi belajar peserta didikpada akhir-akhir ini
cenderung rendah? Mengapa banyak peserta didik yang malas belajar? Mengapa
banyak yang membolos? Lebih dari itu mengapa banyak yang memilih main di mall,
atau berkelahi dari pada belajar? Maka jawabannya sederhana saja karena mereka
tidak merasa senang belajar, karena tidak ada rasa ingin tahu dan rasa ingin
belajar di kalangan peserta didik. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Karena
para guru tidak menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan kurang dapat
membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik. Disinyalir dan didukung oleh
beberapa hasil penelitian bahwa para guru menyampaikan bahan sesuai dengan
urutan-urutan dan ruang lingkup yang ada dalam buku teks. Ini yang harus
diubah. Masalahnya sekarang bagaimana mengubah persepsi dan pola pikir guru
terhadap tugas pokoknya mengajar, bahwa mengajar bukan semata-mata menyampaikan
bahan sesuai dengan buku teks, tetapi yang paling penting bagaimana memberikan
kemudahan belajar kepada peserta didik sehingga bangkit rasa ingin tahunya dan
terjadilah proses belajar yang tenang dan menyenangkan.
9. Guru Sebagai Peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam
pelaksanaanya memerlukan penyesuian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan.
Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang didalamnya melibatkan guru. Oleh
karena itu guru adalah seorang pencari atau peneliti.
Dia tidak tahu dan dia tahu bahwa dia tidak
tahu, oleh karena itu dia sendiri merupakan subyek pembelajaran. Dengan
kesadaran bahwa ia tidak mengetahui sesuatu maka ia berusaha mencarinya melalui
kegiatan penelitian. Usaha mencari sesuatu itu adalah mencari kebenaran,
seperti seorang ahli filsafat yang senantiasa mencari, menemukan dan
mengemukakan kebenaran.
Tentang kebenaran ini, Plato pernah
mengemukakan : “Wise, I may not call them ; for that is a great name which
belongs ti God alone-lovers of wisdom or philosphers is their modest and be
fitting title”.
Kebutuhan untuk mengetahui merupakan kebutuhan
semua manusia. Dalam diri orang tua ia menjadi lebih sistematis, lebih
terarahkan, mengekspresikan dirinya secara khusus sebagaimana profesi itu, atau
dalam penyelidikan yang lebih umumdari para ilmuwan, penyair dan peramal. Bagi
remaja, usaha untuk mengetahui bersifat umum dan tidak dilakukan dengan baik,
sedangkan pada anak merupakan hal yang alami. Sebagai peneliti, guru tidak
berpura-pura mencari sesuatu, karena hal itu merupakan pekerjaannya yang lain,
berbeda dengan yang dilakukan oleh anak-anak.
Menyadari akan kekurangannya, guru berusaha
mencari apa yang belum diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas. Bagaimana menemukan apa yang tidak diketahuinya? Sebagai
orang yang telah mengenal metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus
dikerjakan, yakni penelitian.
10. Guru Sebagai Pendorong Kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemostrasikan dan menunjukan proses
kreativitas tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan
merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh
adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak di
lakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari
bahwa kreatifitas merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya
ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. Ia sendiri adalah
seorang kreator dan motivator yang berada di pusat proses pendidikan. Akibat
dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik
dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia
memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas
menunjukan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari
yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan dimasa mendatang lebih
baik dari sekarang.
11. Guru Sebagai Pembangkit Pandangan
Dunia ini panggung sandiwara, yang penuh dengan
berbagai kisah dan peristiwa, mulai dari kisah nyata sampai yang direkayasa.
Dalam hal ini, guru dituntut untuk memberikan dan memelihara pandangan tentang
keagungan kepada peserta didiknya. Mengemban fungsi ini guru harus tampil dalam
berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari
proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
Guru tahu bahwa ia tidak dapat membangkitkan pandangan tentang kebesaran kepada
peserta didik jika ia sendiri tidak memilikinya. Oleh karena itu, para guru
perlu dibekali dengan ajaran tentang hakekat manusia dan setelah mengenalnya akan
mengenal pula kesabaran Allah yang menciptakannya.
Pandangan manusia dipengaruhi oleh pengetahuan
tentang sejarah manusia itu. Banyak pemikir yang telah mengekspresikan
gagasannya tentang manusia, sikap dan kepercayaan manusia, sehingga beda
pandangan orang tentang manusia, mengakibatkan perbedaan perlakuan. Kita tahu
ada satu masa ketika terdapat perbudakan dan kita tahu pula munculnya
perlawanan terhadap perbudakan manusia. Manusia itu sendiri merupakan bagian
dari sejarah, yang didalamnya terdapat perkembangan pikiran tentang manusia,
misalnya dari belum mengenal Tuhan sampai mengenal Tuhan disertai dengan segala
bentuk perilaku yang menunjukan kepercayaanya. Dalam kaitan ini, kita tidak
lupa akan peranan para utusan Tuhan untuk membuat manusia mengenal Tuhannya,
dan salah satu akibatnya adalah berubahnya pandangan terhadap manusia sehingga
terjadi usaha-usaha pembebasan manusia dari perbudakan,
Melalui contoh-contoh para pemikir dan pejuang
martabat manusia di mata manusia yang lain, guru akan mampu menanamkan
pandangan yang positif terhadap martabat manusia kedalam pribadi peserta didik.
Kita tidak ingin peserta didik menjadi orang yang akan memperbudak orang lain,
melainkan menjadi orang yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
sehingga terjadi kehidupan bermasyarakat yang sejahtera lahir batin.
12. Guru Sebagai Pekerja Rutin
Guru bekerja dengan keterampilan, dan kebiasaan
tertentu, serta kegiatam rutin yang amat diperlukan dan sering kali
memberatkan. Jika kegiatan tersebut tidak dikerjakan dengan baik, maka bisa
mengurangi atau merusak keefektifan guru pada semua peranannya. Di samping itu,
jika kegiatan rutin tersebut tidak disukai, bisa merusak dan merubah sikap
umumnya terhadap pembelajaran. Sebagai contoh, dalam setiap kegiatan pembelajaran
guru harus membuat persiapan tertulis, jika guru membenci atau tidak menyenangi
tugas ini maka akan merusak keefektifan pembelajaran.
Sebagian besar kegiatan manusia dalam suatu
masyarakat yang kompleks merupakan suatu hal yang rutin. Pekerjaan rutin memang
banyak dibenci, baik oleh orang dewasa maupun anak-anak; namun setiap profesi
dan bahkan setiap aspek kehidupan manusia memerlukan keterampilan rutin yang
harus dikuasai dan dikerjakan secara teratur, termasuk dalam pembelajaran.
Sedikitnta terdapat 17 (tujuh belas) kegiatan
rutin yang sering dikerjakan guru dalam pembelajaran di setiap tingkat, yaitu:
1. Bekerja
tepat waktu baik diawal maupun akhir pembelajaran.
2. Membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja, ketepatan dan jadwal waktu.
3. Membaca, mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peserta didik.
4. Mengatur kehadiran peserta didik dengan penuh tanggungjawab.
5. Mengatur jadwal, kegiatan harian, mingguan, semesteran dan tahunan.
6. Mengembangkan peraturan dan prosedur kegiatan kelompok, termasuk diskusi.
7. Menetapkan jadwal kerja peserta didik.
8. Mengadakan pertemuan dengan orang tua dan dengan peserta didik.
9. Mengatur tempat duduk peserta didik.
10. Mencatat kehadiran peserta didik.
11. Memahami peserta didik.
12. Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran, kepustakaan, dan media pembelajaran.
13. Menghadiri pertemuan dengan guru, orang tua peserta didik dan alumni.
14. Menciptakan iklim kelas yang kondusif.
15. Melaksanakan latihan-latihan pembelajaran.
16. Merencanakan program khusus dalam pembelajaran, misalnya karyawisata.
17. Menasehati peserta didik.
2. Membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja, ketepatan dan jadwal waktu.
3. Membaca, mengevaluasi dan mengembalikan hasil kerja peserta didik.
4. Mengatur kehadiran peserta didik dengan penuh tanggungjawab.
5. Mengatur jadwal, kegiatan harian, mingguan, semesteran dan tahunan.
6. Mengembangkan peraturan dan prosedur kegiatan kelompok, termasuk diskusi.
7. Menetapkan jadwal kerja peserta didik.
8. Mengadakan pertemuan dengan orang tua dan dengan peserta didik.
9. Mengatur tempat duduk peserta didik.
10. Mencatat kehadiran peserta didik.
11. Memahami peserta didik.
12. Menyiapkan bahan-bahan pembelajaran, kepustakaan, dan media pembelajaran.
13. Menghadiri pertemuan dengan guru, orang tua peserta didik dan alumni.
14. Menciptakan iklim kelas yang kondusif.
15. Melaksanakan latihan-latihan pembelajaran.
16. Merencanakan program khusus dalam pembelajaran, misalnya karyawisata.
17. Menasehati peserta didik.
Iklim belajar menentukan situasi pembelajaran
yang produktif dan kreatif, dan bergantung pada derajat kemahiran serta gaya
kegiatan rutin tersebut dilaksanakan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
kegiatan rutin yang diterima oleh semua pihak merupakan syarat yang diperlukan
bagi kebebasan, pemahaman dan kreatifitas. Tanpa adanya kegiatan rutin, tidak
terdapat kekuatan atau kesempatan untuk mencoba alternatif kegiatan sebagai hal
pokok dari kebebasan, pemahaman yang mendalam, dan kreativitas.
13. Guru Sebagai Pemindah Kemah
Hidup ini selalu berubah, dan guru adalah
seorang pemindah kemah, yang suka memindah-mindahkan, dan membantu peserta
didik meninggalkan hal lama menuju sesuatu yang baru yang bisa mereka alami.
Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah peserta didik, kepercayaan, dan
kebiasaan yang menghalangi kemajuan, serta membantu menjauhi dan
meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Untuk
menjalankan fungsi ini guru harus memahami mana yang tidak bermanfaat dan
barangkali membahayakan perkembangan peserta didik, dan memahami mana yang
bermanfaat.
Guru dan peserta didik bekerjasama mempelajari
cara baru, dan meninggalkan kepribadian yang telah membantunya mencapai tujuan
dan menggantinya sesuai dengan tuntutan masa kini. Proses ini menjadi suatu
transaksi bagi guru dan peserta didik dalam pembelajaran.
Dalam setiap aspek, perkembangan kepribadian
memiliki ciri khusus sesuai dengan tuntutan kenyataan yang efektif dilihat dari
segi waktu dan tempat. Ketika terjadi perubahan tuntutan terhadap cara
berpprilaku, peserta didik dan guru harus segera menyesuaikan dan memenuhi
tuntutan baru, serta meninggalkan kebiasaan lama yang tidak lagi membantu
pemenuhan kebutuhan. Mereka berharap dapat memasuki dunia baru yang memerlukan
ide, kebiasaan dan keterampilan baru, dengan tetap memelihara cara lama yang
memuaskan dan masih sesuai.
Memang proses meninggalkan cara lama dan
langsung mengambil yang baru merupakan sesuatu yang harus dan kompleks.
Bukanlah karena yang lama jelek, akan tetapi merupakan sesuatu yang penting
dalam kehidupan dalam kurun waktu dan tempat tertentu, dan pernah menjadi
sesuatu yang baik, serta telah memberikan bantuan dalam usaha memenuhi kebutuhan
pribadi.
Pendidikan yang baik dan guru yang efektif
berusaha memikirkan perkembangan kepribadian peserta didik dalam kehidupan.
Akan tetapi guru pun merupakan pribadi, dan merupakan bagian dari proses
pendidikan. Sebagai suatu lembaga pendidikan, sering sekali mengarah pada
kristalisasi yang mempertahankan apa yang telah ada, dibanding memikirkan
pertumbuhan anak dalam kehidupan.
Banyak sekali hal yang dapat dilakukan oleh
guru untuk memelihara pertumbuhan kepribadian. Pertama, bisa menjadi orang yang
siap dengan pengertian seperti konflik antara keinginan atau tetap dan untuk
berubah, serta menyadari dan tidak menyadari. Kedua, berusaha keras untuk
memberikan pengalaman yang luas, sehingga memungkinkan peserta didik menilai
keberadaannya sehubungan dengan pengalamannya. Ketiga, guru juga sebagai
“swinger” yang berpindah dari satu posisi ke posisi yang lain khususnya dalam
ide. Fungsi demikian terjadi dalam pembelajaran, ketika peserta didik telah
berhasil memecahkan suatu masalah dan berpindah kemasalah yang lain. Guru juga
adalah pembelajar tetap dari drama perkembangan manusia, dengan banyak membaca
dan melakukan observasi terhadap pengalamanya sendiri untuk mencapai pemahaman
tentang kehidupan. Dalam hal ini, peran guru adalah memberikan kesempatan untuk
menjalani kehidupan dan mengajarkan kebenaran bahwa pelajaran lebih penting
daripada tujuan, dan proses lebih berarti daripada hasil akhir.
14. Guru Sebagai Pembawa Cerita
Sudah menjadi sifat manusia untuk mengenal diri
dan menanyakan keberadaannya serta bagaiman berhubungan dengan keberadaan itu.
Tidak mungkin manusia hanya muncul dalam lingkungannya, dan behubungan dengan
lingkungan, tanpa mengetahui asal-usulnya. Ia benar-benar ingi tahu tentang
keberadaanya serta ingin tahu kapan, bagaimana dan mengapa ia terjadi di dunia
ini. Semua itu diperoleh melalui cerita.
Cerita berlangsung secara lisan hingga mencapai
era kristalisasi kata-kata yang tertulis, telah memberikan keberhasilan
generasi baru dan generasi berikutnya serta dengan kesabaran melengkapi manusia
dengan catatan tentang pewarisnya. Dalam hal ini, perpustakaan yang besar telah
menjadi munumen yang hebat bagi pikiran manusia, kekayaan manusia yang di
tinggalkan manusia sedunia telah berada dalam buku-buku, halaman-halaman,
garis-garis, yang menyimpan kata-kata tertulis. Menjadi kewajiban manusia untuk
mengembangkan luasnya kehidupan kedalam ide-ide dan membiarkan mereka hidup
kembali, walaupun bagai bunga-bunga di padang pasir, terbengkalai sementara
waktu, tetapi untuk sampai pada saat kehidupan baru mereka disuburkan oleh
hujan, salju dan sinar matahari.
Guru dengan menggunakan suaranya memperbaiki
kehidupan melalui puisi dan berbagai cerita tentang manusia. Guru tidak takut
untuk menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena
ia tahu sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia
dan ia berharap menjadi pembawa cerita yang baik.
Manusia tertarik dengan apasaja yang terkait
dengan dirinya sendiri. Ketika seseorang melihat dirinya sendiri pada cermin,
ia benar-benar merasa terpikat denga apa yang dilihatnya, ia diam, dan
memanfaatkan cara ini untuk memikirkan apa yang dilihat. Di depan cermin,
menggerakan bibirnya, menggerakan kepalanya, dan macam-macam gerak lagi untuk
meyakinkan apa yang dilihat dan berharap apa yang dilihatnya memang benar.
Cerita adalah cermin yang bagus dan merupakan
tolak ukur. Dengan cerita manusia bisa mengamati bagaimana memecahkan masalah
yang sama dengan yang dihadapinya, menemukan gagasan dan kehidupan yang nampak
diperlukan oleh manusia lain, yang bisa disesuaikan dengan kehidupan mereka,
belajar untuk menghargai kehidupan sendiri setelah membanddingkan dengan apa
yang telah mereka baca tentang kehidupan manusia di masa lalu. Guru haruslah
berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan kehidupan di masa
mendatang.
Sebagai pendengar, peserta didik dapa
menidentifikasi watak-watak pelaku yang ada dalam certa, dapat secara objektif
menganalisis, menilai manusia kejadian-kejadian, pikiran-pikiran. Mereka bisa
jatuh cinta, dan menguji kemampuanya untuk mencintai, dapat membenci, dapat
mengetahui kekuatan yang dapat menghancurkan rasa benci, memimpikan dan
mengetahui baiknya harapan serta tidak enaknya kekecewaan.
Salah-satu karakteristik pembawa cerita yang
baik adalah mengetahui bagaimana menggunakan pengalaman dan gagasan para
pendengarnya, sehingga mampu menggunakan kejadian di masa lalu untuk
menginterprentasikan kejadian sekarang dan yangakan datang. Jadi guru
diharapkan mampumembawa peserta didik mengikuti jalannya cerita dengan berusaha
membuat peserta didik memiliki pandangan yang rasional terhadap sesuatu.
Pembawa cerita yang baik mengandalkan kemampuan
dan menyadari keterbatasan fisiknya agar dapat mendapatkan keefektifan yang
maksimal. Ia memahami kemampuan suaranya dan tahu bagaiman menggunakannya,
mampu memvareasikan irama dan volume suara, memilih waktu pelompatan cerita,
menggolah ide yang diperlukan, serta menggunakan kata-kata secara jelas.
15. Guru Sebagai Aktor
Sebagai seorang aktor, guru harus melakukan apa
yang ada dalam naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang
akan disampaikan kepada penonton. Penampilan yang bagus dari seorang actor akan
mengakibatkan para penonton tertawa, mengikuti dengan sungguh-sungguh, dan bisa
pula menangis terbawa oleh penampilan sang actor. Untuk bisa berperan sesuai
dengan tuntutan naskah, dia harus menganalisis dan melihat kemampuannya
sendiri, persiapannya, memperbaiki kelemahan, menyempurnakan aspek-aspek
barudari setiap penampilan, mempergunakan pakaian, tata rias sebagaimana yang
diminta, dan kondisinya sendiri untuk menghadapi ketegangan kondisinya, dari
malam ke malam serta mekanisme fisik yang harus di tampilkan.
Sang aktor harus siap mental terhadap
pernyataan senag dan tidak senang dari para penonton dan kritik yang diberikan
oleh media massa. Emosi harus dikuasai karena kalau seseorang telah mencintai
atau membenci sesuatu akan berlaku tidak objektif, perilakunya menjadi distorsi
dan tak terkontrol. Ringkasnya, untuk menjadi actor yang mampu membuat para
penonton bisa menikmati penampilannya serta memahami pesan yang di sampikan,
diperlukan persiapan, baik pikiran, perasaan maupun latihan fisik.
Setiap individu memiliki banyak peran untuk
dimainkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kebanyakan menolak anggapan bahwa
guru adalah seorang actor. Untuk mengajar, guru harus memiliki gagasan dan
pengalaman, serta harus menyadari bahwa orang lainpun berkesempatan untuk
memilikinya. Untuk dapat mentransfer gagasan, ia harus mengembangkan
pengetahuan yang telah dikumpulkan serta mengembangkan kemampuan untuk
mengkomunikasikan pengetahuan itu. Kemampuan berkomunikasi merupakan sesuatu
seni atau keterampilan yang dikenal dengan mengajar.
Sebagai seorang aktor, guru melakukan
penelitian tidak terbatas pada materi yang harus ditransferkan, melainkan juga
tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-respon pendengarnya,
dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Untuk melakukan
hal ini ia mempelajari semua hal yang berhubungan dengan tugasnya, sehingga
dapat bekerja secara efektif.
Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa
pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan mengarahkan kegiatannya. Tahun
demi tahun sang actor berusaha mengurangi respon bosan dan berusaha
meningkatkan minat para pendengar. Demikianlah, guru memiliki kemampuan
menunjukkan penampilannya di depan kelas.
Guru harus menguasai materi standar dalam
bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya, memperbaiki keterampilan, dan
mengembangkan untuk mentransfer bidang studi itu. Ia mempelajari peserta didik,
alat-alat yang dapat dipergunakan untuk menarik minat, dan tentu saja
mempelajari bagaimana menggunakan alat secara efektif dan efisien.
Bidang studi yang harus diajarkan telah
diseleksi sebagai bagian dari kurikulum. Guru harus mempelajarinya dengan
saksama, termasuk urutan penyajiannya. Berbagai usaha untuk meningkatkan minat
dan mempermudah pencapaian tujuan haruslah dilaksaanakan, misalnya alat peraga,
warna dinding dan pengaturan cahaya atau fentilasi kelas.
Untuk menghibur orang-orang yang merasa bahwa
guru bukanlah seorang aktor atau harus tidak bertindak sebagai aktor, sebaiknya
dilihat proses bagaimana dia menjadi seorang aktor yang nyata. Ia memilih
mengajar sebagai karier, mengabdi melalui bidang studi tertentu, yang
memerlukan waktu, uang, tenaga dan harus menguasai bidangnya, serta belajar
mengajarkannya kepada orang lain.
16. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami
potensi peserta didik, menghormati setiap insan, dan menyadari bahwa kebanyakan
insan merupakan “budak” stagnasi kebudayaan. Ketika masyarakat membicarakan
rasa tidak senang kepada peserta didik tertentu, guru harus mengenal kebutuhan
peserta didik tersebut akan pengalaman, pengakuan dan dorongan. Dia tahu bahwa
pengalaman, pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari
“self image” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak dan
rendah diri. Dalam hal ini guru harus mampu melihat sesuatu yang tersirat
disamping yang tersurat, serta mencari kemungkinan pengembangannya.
Untuk memiliki kemampuan melihat sesuatu yang
tersirat, perlu memanfaatkan pengalaman selama bekerja, ketekunan, kesabaran
dan tentusaja kemampuan menganalisis fakta yang dilihatnya sehingga guru mampu
mengubah keadaan peserta didik dari setatus terbuang menjadi dipertimbangkan
oleh masyarakat. Guru telah melakukan fungsinya sebagai emansipator, ketika
peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai pribadi yang tidak berharga,
merasa dicampakan orang lain atau selalu diuji dengan berbagai kesulitan
sehingga hamper putus asa, dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya
diri. Ketika peserta didik hampir putus asa, diperlukan ketelatenan, keuletan
dan seni memotivasi agar timbul kembali kesadaran, dan bangkit kembali harapannya.
Guru sadar bahwa unformasi telah dimiliki
peserta didik sebelum mereka masuk kelas, ia juga sadar bahwa apa yang
diketahui orang bisa jadi fakta yang belum di organisir menjadi hubungan yang
bermakna. Salah satu tanda bahwa peserta didik telah memahami hubungan yang
bermakna adalah mampu menjelaskan apa yang diketahuinya. Karena itu, guru harus
membina kemampuan peserta didik untuk menginformasikan apa yang ada dalam
pikirannya. Jika kemampuan tersebut telah dimiliki, maka perasaan rendah diri tadi
berangsur-angsur hilang, dan bebaslah peserta didik dari keadaan yang tidak
menyenangkan. Dalam hal ini, guru telah melakukan emansipasi.
Guru sering melihat potensi ketika air
kreativitas telah nampak mengalir, ia melihat sekelompok peserta didik yang terisolir
dari aliran air yang lain, dan mengisi sumur itu dengan ide-ide pengetahuan dan
harapan. Hal ini akan membantu peserta didik meraih hubungan dengan budaya di
sekitarnya dan hidup lebih berisi, lebih kaya, walaupun seringkali mendapatkan
hambatan.
Bagaikan seorang penasehat, guru melihat
potensi yang terdapat pada benda (bahan) yang dikerjakannya. Dia menerima itu
sebagaimana adanya dan dengan penuh kesungguhan bahan itu dijadikan.
Demikianlah guru menerima peserta didik yang datang dengan berbagai latar
belakang budaya di sekelilingnya.
Karena benda yang digarapnya bukan benda mati
sebagaimana yang diharapkan oleh pemahat, maka guru berkewajiban mengembangkan
potensi peserta didik sedemikian rupa sehingga menjadi pribadi yang kreatif.
Untuk itu dia memberikan kesempatan kepada peserta didik mengajukan pertanyaan,
memberikan balikan, memberikan kritik dan sebagainya, sehingga mereka merasa
memperoleh kebebasan yang wajar.
17. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek yang
paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang
hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dalam setiap segi penilaian. Tidak ada
pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan
kualitas hasil belajar atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran oleh peserta didik.
Sebagai suatu prosespenilaian dilaksanakan
dengan prinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik
apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang
meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
Mengingat kompleksnya proses penilaian, guru
perlu memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai. Dalam tahap
persiapan terdapat beberapa kegiatan, antara lain penyusunan table spesifikasi
yang didalamnya terdapat sasaran penilaian, pada tahap pelaksanaan, dilakukan
pemakaian instrumen untuk menemukanrespon peserta didik terhadap instrument
tersebut sebagai bentuk hasil belajar, selanjutnya dilakukan penelitian
terhadap data yang telah dikumpulkan dan dianalisis untuk membuat tafsiran
tentang kualitas prestasi belajar peserta didik.
Kemampuan lain yang harus dikuasai oleh guru
sebagai evaluator adalah memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang
meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan,
serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi,
validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal.
Hal penting untuk diperhatikan adalah bahwa
penilaian harus dilakukan dengan adil. Prinsip ini diikuti oleh prinsip lain
agar penilaian bisa dilakukan secara objektif, karena penilaian yang adil tidak
dipengaruhi oleh paktor keakraban, menyeluruh, mempunyai criteria yang jelas,
dilakukan dalam kondisi yang tepat dan dengan instrument yang yang tepat pula,
sehingga mampu menunjukan prestasi belajar peserta didik sebagaimana adanya.
Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan rancangan dan frekuensi yang
memadai dan berkesinambungan, serta diadministrasikan dengan baik.
Selain menilai hasil belajar,peserta didik,
guru harus pula menilai dirinya sendiri, baik sebagai perencana, pelaksana,
maupun penilai program pembelajaran. Oleh karena itu, dia harus memiliki
pengetahuan yang memadai tentang penilaian program sebagaimana memahami
penilaian hasil belajar. Sebagai perancang dan pelaksana program, dia
memerlukan balikan tentang efektifitas programnya agar bisa menentukan apakah program
yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Perlu diingat bahwa
penilaian bukan merupakan tujuan, melainkan alat untuk mencapai tujuan.
18. Guru Sebagai Pengawet
Salah satu tugas pendidikan adalah mewariskan
kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, karena hasil karya manusia
terdahulu masih banyak yang bermakna bagi kehidupan manusiasekarang maupun di
masa depan. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan tugas pendidikan yang lain,
yaitu pembekalan individu agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat dan mampu
memberikan sumbangan bagi kehidupan di masa depan. Upaya pelestarian dilakukan
melalui pembekalan terhadap calon-calon guru.
Untuk melaksanakan tugasnya sebagai pengawet
terhadap apa yang telah dicapai manusia terdahulu, dikembangkan salah satu
sarana pendidikan yang disebut kurikulum, yang secara sederhana diartikan
sebagai program pembelajaran. Dengan kurikulum, maka jaminan pengetahuan yang
telah ditemukan dan disusun oleh para pemikir pendidikan yang lebih kuat. Dalam
perkembangannya kurikulum memiliki sifat yang fleksible, sehingga memungkinkan
perubahan, memungkinkan guru mengembangkan kreativitasnya, memberi peluang
untuk penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat, seperti muatan local,
desentralisasi dan kurikulum berbasis kompetensi yang dikemas dalam kurikulum
2004.
Untuk dapat mengawetkan pengetahuan sebagai
salah satu komponen kebudayaan, guru harus mempunyai sikaf positif terhadap apa
yang harus diawetkan. Jika tidak, maka dia akan melakukan tugas bagaikan pasak
persegi yang dimasukan kedalam lubang bundar, tentu akan terjadi hambatan dan
yang bersangkutan akan melaksanakan tugas tanpa motivasi intrinsic, kebahagiaan
sebagai petugas tidak dimiliki, sehingga dia akan bekerja sebagai robot.
Sebagai pengwet, guru harus berusaha
mengawetkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam pribadinya, dalam arti guru
harus berusaha menguasai materi standar yang akan disajikan kepada peserta
didik. Oleh karena itu, setiap guru dibekali pengetahuan sesuai dengan bidang
yang dipilihnya.
No comments:
Post a Comment